Credit: kbs.co.kr
Annyeonghaseyo ^^ SUPER JUNIOR THE LAST MEN STANDING \(>o<)/ This page share about Korean's Idola In Here Share Fanfiction too I hope you like this page Kamsahabnida ^^
7.1.12
Fanfiction - Together [4]
Author: @mysungminsmile
Genre: Romance, Friendship, Comedy.
Rating: General
Cast:
• Ri Ye Min
• Jo Kwangmin
• Kim Ha Ni
• Jo Youngmin
• Ahn Ni Hyo
• Arisa Komatsuzaki
• No Min Woo
• Unyuk, Umin, Ecung
------------------------------------------
Kwangmin POV
Kami pun menyusuri hutan semak belukar. Kutinggal sepedaku dipinggir jalan. Aku menuntun Ye Min menuju tempat yg kami tuju, dan sampailah....
Sebuah kolam ikan. Jernih sekali. Kami sampai dan tau-tau sudah ada disebuah jembatan kecil.
Kutuntun Ye Min menuju ujung bibir jembatan. Lalu dia duduk dan kakinya berada diantara air jernih itu. Aku tersenyum melihat mata Ye Min yg kesana kemari melihat suasana kolam.Tidak perduli jembatan itu licin terkena cipratan air atau apa.
"Ye Min, bagaimana? Kau suka?"
"tentu saja! Ini sangat indah! Lihat ikan-ikan kecil itu!! Aaahh~ hebat sekali kau dapat menemukan tempat ini...."
"hahaha, ini hadiah karna kau telah terlalu baik padaku ^^"
"aah~ kau bisa saja Kwangmin-ssi....."
'Kwangmin-ssi'? Apa aku tak salah dengar? Aigoo~ insting ku benar-benar hebat membawa Ye Min kesini. Tidak sia-sia aku menyukainya. Jo Kwangmin!! Jangan menyerah!!
Author POV
Saat Kwangmin & Ye Min berbincang-bencong(?haha), bulan purnama muncul diantara awan malam yg mulai hilang dan dalam beberapa saat, bulan purnama itu memantulkan cahayanya dipermukaan air kolam.
Angin-angin pun mulai berhembus dengan lembutnya diantara daun pohon yg memecah keheningan malam
Tak ketinggalan kunang-kunang yg mengitari sekitar kolam.
Malam itu menjadi malam yg benar-benar indah yg tak mungkin untuk dilewatkan.
"gomawo Kwangmin...." ujar Ye Min mendadak
"mwo? Untuk apa?"
"untuk ini semua..."
"jinjja? Tak perlu begitu..."
"kalau begitu, araseo.... ^^"
Pembicaraan singkat yg kira-kira hanya berkisar 15 detik itu, cukup membuat jantung keduanya berdegup kencang.
"aku....ada sesuatu yg ingin aku sampaikan..." Kali ini Kwangmin yg memulainya
Genre: Romance, Friendship, Comedy.
Rating: General
Cast:
• Ri Ye Min
• Jo Kwangmin
• Kim Ha Ni
• Jo Youngmin
• Ahn Ni Hyo
• Arisa Komatsuzaki
• No Min Woo
• Unyuk, Umin, Ecung
------------------------------------------
Kwangmin POV
Kami pun menyusuri hutan semak belukar. Kutinggal sepedaku dipinggir jalan. Aku menuntun Ye Min menuju tempat yg kami tuju, dan sampailah....
Sebuah kolam ikan. Jernih sekali. Kami sampai dan tau-tau sudah ada disebuah jembatan kecil.
Kutuntun Ye Min menuju ujung bibir jembatan. Lalu dia duduk dan kakinya berada diantara air jernih itu. Aku tersenyum melihat mata Ye Min yg kesana kemari melihat suasana kolam.Tidak perduli jembatan itu licin terkena cipratan air atau apa.
"Ye Min, bagaimana? Kau suka?"
"tentu saja! Ini sangat indah! Lihat ikan-ikan kecil itu!! Aaahh~ hebat sekali kau dapat menemukan tempat ini...."
"hahaha, ini hadiah karna kau telah terlalu baik padaku ^^"
"aah~ kau bisa saja Kwangmin-ssi....."
'Kwangmin-ssi'? Apa aku tak salah dengar? Aigoo~ insting ku benar-benar hebat membawa Ye Min kesini. Tidak sia-sia aku menyukainya. Jo Kwangmin!! Jangan menyerah!!
Author POV
Saat Kwangmin & Ye Min berbincang-bencong(?haha), bulan purnama muncul diantara awan malam yg mulai hilang dan dalam beberapa saat, bulan purnama itu memantulkan cahayanya dipermukaan air kolam.
Angin-angin pun mulai berhembus dengan lembutnya diantara daun pohon yg memecah keheningan malam
Tak ketinggalan kunang-kunang yg mengitari sekitar kolam.
Malam itu menjadi malam yg benar-benar indah yg tak mungkin untuk dilewatkan.
"gomawo Kwangmin...." ujar Ye Min mendadak
"mwo? Untuk apa?"
"untuk ini semua..."
"jinjja? Tak perlu begitu..."
"kalau begitu, araseo.... ^^"
Pembicaraan singkat yg kira-kira hanya berkisar 15 detik itu, cukup membuat jantung keduanya berdegup kencang.
"aku....ada sesuatu yg ingin aku sampaikan..." Kali ini Kwangmin yg memulainya
Fanfiction - Together [3]
Author: @mysungminsmile
Genre: Romance, Friendship, Comedy.
Rating: General
Cast:
• Ri Ye Min
• Jo Kwangmin
• Kim Ha Ni
• Jo Youngmin
• Ahn Ni Hyo
• Arisa Komatsuzaki
• No Min Woo
• Unyuk, Umin, Ecung
------------------------------------------
"kau tak percaya padaku?"
Aku hanya dapat membisu, dan menggelengkan kepalaku. Aku tau dia pasti mengerti maksudku
"bagaimana? Apa kau mau pulang bersamaku?"
Entah kenapa, dengan refleks kepalaku mengangguk. Aku tidak tau apa yg terjadi, tapi yg pasti ini adalah malam yg paling excited untukku.....
Tapi, wajah Ha Ni muncul difikiran ku (ganggu... -_- )
"Ha Ni... Gimana Ha Ni nanti? Dia sedang mencari Youngmin..."
"mungkin dia udah dijalan sana bareng Youngmin. Eh, buruan yuk! Udah mulai dingin nih... Nanti kemaleman lagi..."
Aku pun tersenyum...
"anu.... Ini... Bisakah kau melepaskannya? "
Aku mengarahkah jari telunjukku kearah tangan Kwangmin yg dari tadi tangannya tak lepas dari lengan kiriku
"oh, biarin aja gini sampai keluar yah.."
"umm...oke"
Aku pun menyusuri koridor sekolah dengan tanganku yg masih dipegang erat oleh Kwangmin. Catatanku yg tadi ada padaku kini sudah berpindah ke Kwangmin. Sepertinya Kwangmin senang sekali kupinjami catatan ini *shy*
~luar sekolah~
"ayo naik..."
"hah? Goncengan?"
"ne.. :)"
"araseo..."
"pegang erat-erat yaa, karna aku make sepeda bukan mobil"
"ne, Kwangmin bisa nyetir mobil?"
"bisa...."
"uhmm..." Aku mengangguk. Aku kaget ketika tau Kwangmin bisa nyetir mobil. Pengen ih, ngeliat Kwangmin nyetir mobil. Heheheheh *sambil ngayal*
Kami pun Menyusuri jalanan. Meski tampak sunyi, bagiku ini hal yg sangat menyenangkan. Jarang-jarang aku bisa begini.
Kadang tanganku digiring tangan Kwangmin untuk memeluknya lebih erat. HELLOW! *alay* degupan jantungku kembali berdetak melebihi biasanya.
Author POV
Tiba-tiba Kwangmin menghentikan sepedanya
"hei Ye Min, kita ke toko sebentar ya. Aku mau membeli sesuatu"
"oh, oke...."
Ketika menunggu, mata Ye Min terbelalak melihat Ha Ni dan Youngmin sedang berduaan. Entah apa yg mereka berdua mainkan, tapi keliatannya si Youngmin sangat senang sekali.
"Ha Ni!?"
Ha Ni pun menoleh
"ya! Itu Ye Min! Woi, Youngmin! Itu Ye Min!"
"mwo? Ye Min! Kami sudah lama menunggumu! Darimana saja kau?"
"tadi aku masih disekolah, kebetulan aku bertemu Kwangmin"
Youngmin & Ha Ni tiba-tiba nyengir sendiri sambil bertatapan. Entah apa yg mereka rencanakan.
Youngmin pun berbisik
"hei Ha Ni, apa kau mau bertaruh?"
"bertaruh? Bertaruh apa?"
"aku bertaruh, tadi itu Kwangmin telah melakukannya pada Ye Min..."
"aisshh...kau ada-ada saja! Sejak kapan pikiranmu jadi yadong! Yg ku tau, hanya ka unyuk lah yg bisa begitu"
"kenapa kau malah bawa-bawa ka unyuk. Dia mah RAJA nya...."
"kau sendiri!?"
"ya! Aku kan cuma bertaruh. Lagipula, mana mungkin si Kwangmin berani begituan...!!"
"terus? Tadi? Kenapa kamu-..."
Belum selesai Ha Ni ngomong, tangan Youngmin menutup bibir Ha Ni
"ssssshhhhhttttt.......!!!!!! Kalo ngomong gak usah kenceng-kenceng! Bukan bisik-bisikan kalo gitu namanya!"
"mian..mianhae..."
Dari pintu toko, keluar Kwangmin membawa sekantong plastik berisi chocolate.
'Apa yg difikirkan Kwangmin? Malam-malam begini mau makan chocolate? Atau dia doyan makan chocolate malem-malem?'
'Aissh... Apa yg kufikirkan? Terserah Kwangmin mau beli chocolate atau apa... Itu kan kemauan dia...'
Itu lah yg ada difikiran Ye Min
"Ye Min, ayo!"
"hah? Mau kemana lagi?"
"ayo ikut aja!!"
Ha Ni dan Youngmin yg sedari tadi tak menyadari kepergian(?) Kwangmin dan Ye Min.
"lho? Mana mereka tadi?"
"aaaaahh!! Gara-gara kau sih Youngmin! Keasyikan sama PSP, jadinya si Kwang-Ye pergi!"
"mwo! Salahku? Hellow... Introspeksi diri dooongg.... Kenapa juga kamu ikut-ikutan main PSP hah?"
"cih! Trus gimana?"
"me-ne-ke-te-he"
Kwangmin POV
Aku menyusuri jalanan dengan sepeda kesayanganku bersama yeoja yg kusayangi
Dia memang belum tau, kalau aku punya perasaan terhadapnya.
Aku pun berfikir untuk membawanya ke suatu tempat yg mungkin jarang untuk dijamahi orang-orang.
"Ye Min...."
"ne?"
"gomawo..."
"gomawo? Untuk apa?"
"catatan..."
"uhmm... Ne Cheonmaneyo..."
"Ye Min"
"ne?"
"aku mau mengajak mu ke suatu tempat"
"kemana?"
"tempat yg mungkin belum pernah kau lihat sebelum nya"
"mwo ya? Kalau begitu, ayo! Ppali!!"
Tuh kan, dia jadi bersemangat. Aku sangat suka senyuman dari pipi merah nan aegyo nya itu.
"nah...kita sampai..."
"mwo? Ini kan hutan semak belukar..."
"ne, benar. Aku sering kemari bersama Youngmin. Tempat ini hanya kami yg tau..."
"kalau hutan semak belukar seperti ini aku juga tau, setiap pulang sekolah aku selalu melewati hutan ini..."
"bukan hutannya Ye Min, tapi apa yg ada dibalik hutan ini..."
Kulirik Ye Min, mataku tak bisa lepas dari wajahnya. Wajahnya yg penuh rasa penasaran semakin membuatku menyukainya.
Genre: Romance, Friendship, Comedy.
Rating: General
Cast:
• Ri Ye Min
• Jo Kwangmin
• Kim Ha Ni
• Jo Youngmin
• Ahn Ni Hyo
• Arisa Komatsuzaki
• No Min Woo
• Unyuk, Umin, Ecung
------------------------------------------
"kau tak percaya padaku?"
Aku hanya dapat membisu, dan menggelengkan kepalaku. Aku tau dia pasti mengerti maksudku
"bagaimana? Apa kau mau pulang bersamaku?"
Entah kenapa, dengan refleks kepalaku mengangguk. Aku tidak tau apa yg terjadi, tapi yg pasti ini adalah malam yg paling excited untukku.....
Tapi, wajah Ha Ni muncul difikiran ku (ganggu... -_- )
"Ha Ni... Gimana Ha Ni nanti? Dia sedang mencari Youngmin..."
"mungkin dia udah dijalan sana bareng Youngmin. Eh, buruan yuk! Udah mulai dingin nih... Nanti kemaleman lagi..."
Aku pun tersenyum...
"anu.... Ini... Bisakah kau melepaskannya? "
Aku mengarahkah jari telunjukku kearah tangan Kwangmin yg dari tadi tangannya tak lepas dari lengan kiriku
"oh, biarin aja gini sampai keluar yah.."
"umm...oke"
Aku pun menyusuri koridor sekolah dengan tanganku yg masih dipegang erat oleh Kwangmin. Catatanku yg tadi ada padaku kini sudah berpindah ke Kwangmin. Sepertinya Kwangmin senang sekali kupinjami catatan ini *shy*
~luar sekolah~
"ayo naik..."
"hah? Goncengan?"
"ne.. :)"
"araseo..."
"pegang erat-erat yaa, karna aku make sepeda bukan mobil"
"ne, Kwangmin bisa nyetir mobil?"
"bisa...."
"uhmm..." Aku mengangguk. Aku kaget ketika tau Kwangmin bisa nyetir mobil. Pengen ih, ngeliat Kwangmin nyetir mobil. Heheheheh *sambil ngayal*
Kami pun Menyusuri jalanan. Meski tampak sunyi, bagiku ini hal yg sangat menyenangkan. Jarang-jarang aku bisa begini.
Kadang tanganku digiring tangan Kwangmin untuk memeluknya lebih erat. HELLOW! *alay* degupan jantungku kembali berdetak melebihi biasanya.
Author POV
Tiba-tiba Kwangmin menghentikan sepedanya
"hei Ye Min, kita ke toko sebentar ya. Aku mau membeli sesuatu"
"oh, oke...."
Ketika menunggu, mata Ye Min terbelalak melihat Ha Ni dan Youngmin sedang berduaan. Entah apa yg mereka berdua mainkan, tapi keliatannya si Youngmin sangat senang sekali.
"Ha Ni!?"
Ha Ni pun menoleh
"ya! Itu Ye Min! Woi, Youngmin! Itu Ye Min!"
"mwo? Ye Min! Kami sudah lama menunggumu! Darimana saja kau?"
"tadi aku masih disekolah, kebetulan aku bertemu Kwangmin"
Youngmin & Ha Ni tiba-tiba nyengir sendiri sambil bertatapan. Entah apa yg mereka rencanakan.
Youngmin pun berbisik
"hei Ha Ni, apa kau mau bertaruh?"
"bertaruh? Bertaruh apa?"
"aku bertaruh, tadi itu Kwangmin telah melakukannya pada Ye Min..."
"aisshh...kau ada-ada saja! Sejak kapan pikiranmu jadi yadong! Yg ku tau, hanya ka unyuk lah yg bisa begitu"
"kenapa kau malah bawa-bawa ka unyuk. Dia mah RAJA nya...."
"kau sendiri!?"
"ya! Aku kan cuma bertaruh. Lagipula, mana mungkin si Kwangmin berani begituan...!!"
"terus? Tadi? Kenapa kamu-..."
Belum selesai Ha Ni ngomong, tangan Youngmin menutup bibir Ha Ni
"ssssshhhhhttttt.......!!!!!! Kalo ngomong gak usah kenceng-kenceng! Bukan bisik-bisikan kalo gitu namanya!"
"mian..mianhae..."
Dari pintu toko, keluar Kwangmin membawa sekantong plastik berisi chocolate.
'Apa yg difikirkan Kwangmin? Malam-malam begini mau makan chocolate? Atau dia doyan makan chocolate malem-malem?'
'Aissh... Apa yg kufikirkan? Terserah Kwangmin mau beli chocolate atau apa... Itu kan kemauan dia...'
Itu lah yg ada difikiran Ye Min
"Ye Min, ayo!"
"hah? Mau kemana lagi?"
"ayo ikut aja!!"
Ha Ni dan Youngmin yg sedari tadi tak menyadari kepergian(?) Kwangmin dan Ye Min.
"lho? Mana mereka tadi?"
"aaaaahh!! Gara-gara kau sih Youngmin! Keasyikan sama PSP, jadinya si Kwang-Ye pergi!"
"mwo! Salahku? Hellow... Introspeksi diri dooongg.... Kenapa juga kamu ikut-ikutan main PSP hah?"
"cih! Trus gimana?"
"me-ne-ke-te-he"
Kwangmin POV
Aku menyusuri jalanan dengan sepeda kesayanganku bersama yeoja yg kusayangi
Dia memang belum tau, kalau aku punya perasaan terhadapnya.
Aku pun berfikir untuk membawanya ke suatu tempat yg mungkin jarang untuk dijamahi orang-orang.
"Ye Min...."
"ne?"
"gomawo..."
"gomawo? Untuk apa?"
"catatan..."
"uhmm... Ne Cheonmaneyo..."
"Ye Min"
"ne?"
"aku mau mengajak mu ke suatu tempat"
"kemana?"
"tempat yg mungkin belum pernah kau lihat sebelum nya"
"mwo ya? Kalau begitu, ayo! Ppali!!"
Tuh kan, dia jadi bersemangat. Aku sangat suka senyuman dari pipi merah nan aegyo nya itu.
***
"nah...kita sampai..."
"mwo? Ini kan hutan semak belukar..."
"ne, benar. Aku sering kemari bersama Youngmin. Tempat ini hanya kami yg tau..."
"kalau hutan semak belukar seperti ini aku juga tau, setiap pulang sekolah aku selalu melewati hutan ini..."
"bukan hutannya Ye Min, tapi apa yg ada dibalik hutan ini..."
Kulirik Ye Min, mataku tak bisa lepas dari wajahnya. Wajahnya yg penuh rasa penasaran semakin membuatku menyukainya.
Fanfiction - Together [2]
Author: Adelia Anastasya Imnida
Genre: Romance, Friendship, Comedy.
Rating: General
Cast:
• Ri Ye Min
• Jo Kwangmin
• Kim Ha Ni
• Jo Youngmin
• Ahn Ni Hyo
• Arisa Komatsuzaki
• No Min Woo
• Unyuk, Umin, Ecung
------------------------------------------
Kim Ha Ni adalah sahabatku. Dia baik TIDAK! Dia SANGAT BAIK! Aku menyayanginya bagai aku menyayangi Kwangmin. Aku bersyukur, Tuhan mempertemukan aku teman seorang Kim Ha Ni. *author ikut senang. Alhamdulillah yah*
Author POV
"oke, kau tunggu sini ya.." Ha Ni menyadarkan lamunan Ye Min
Sontak Ye Min kaget. "ja-jangan pergi........" kata Ye Min menarik lengan baju Ha Ni.
"bentar ajaaa~ aku cuma mau nyari Youngmin kok! Kutinggal yaa~"
Perlahan-lahan langkah kaki Ha Ni menjauh dari Ye Min
Dengan sisa kekuatan yg ada(?) Ye Min membuka lockernya yg terkunci. Catatan nya ada didalam locker itu. Catatan yg pernah dipegang oleh kwangmin saat mereka kelas 1 SMP (baca #flashback tadi kan?).
Ye Min bukannya takut kalo-kalo(?) Ni Hyo datang lagi untuk membully dia, tapi dia takut karna sekolahNYA! INI JAM 08.00pm!! Sekolah pasti mengerikan kalau diliat dalam keadaan gelap. (author aja ngeri liat sekolah sendiri kalo malem-malem)
Celingak Celinguk Grmbl Grmbl.Celingak Celinguk Grmbl Grmbl.
Ye Min sibuk mencari catatan didalam lockernya yg penuh dengan kertas-kertas bertulisan 'Saranghae Kwangmin'
Tiba-tiba, ada suara berat mengagetkan Ye Min.
"Ri Ye Min? Sedang apa kau disini?"
Sontak Ye Min menutup lockernya karna ternyata Kwangmin yg menyapanya.
"aku tanya kau sedang apa? Aku tidak menyuruhmu untuk menutup lockermu itu koq~"
"ca..ca-ta..catatan.."
"OMO!? Catatan?"
Ye Min mengangguk. Dia punya firasat bagus dengan percakapan ini...~
Namun warna merah merona muncul di kedua pipinya yg Aegyo itu (inget ya! Yg paling super Aegyo hanya Sungmin semata wayang! Gak ada yg lain!) *digelitikin Sungmin*
"ng? Kau demam Ye Min? Kenapa mukamu begitu merah?"
Kwangmin mendekatkan wajahnya ke muka Ye Min. Ye Min pun tak sanggup lagi menahan suara degupan jantungnya. Semuanya lepas kendali~
"Ye Min, sepertinya kau demam. Mau ku antar pulang?"
Kwangmin yg sepertinya 'agak' khawatir, memegang kening Ye Min. Dengan cepat Ye Min memalingkan mukanya~
"aku, aku tidak sakit koq Kwangmin.."
'OMO! AKU MENGATAKAN NAMANYA! DIMANA KU MENDAPATKAN KEBERANIAN INI!? SUNGGUH HAL YG SANGAT BERAT! SEMOGA SAJA KWANGMIN TIDAK MENDENGARNYA. DUUUHH~' Ye Min berkata didalam benaknya
"ooh~ ku kira kau kenapa..."
"uhmm........"
"hey, Ye Min....."
"umm....?"
"kau tidak bertanya kenapa aku ada disini?"
"eh? Mi-mian. Kenapa kau ada disini?"
"heheee.... Ginii.... Hei!!"
Kwangmin melirik catatan yg dipegang Ye Min (author: akh, tadi mau ditanya, malah ganti topik lagi. Dasar kwangmin *dijitak kwangmin*)
"kau...... catatan itu........ akh! Bolehkah aku meminjam catatan itu? Jebal.... Besok, aku ada ujiann.. Boleh yaa..." Ujar Kwangmin sambil menunjukkan wajah aegyo nya.
Ye Min pun menggangguk.
Tiba-tiba Kwangmin kembali berkata pada Ye Min
"Ye Min...kau itu baik...juga....manis..dan aku suka itu..."
AAAAAAAAAAAAAKKHH SIAAAAAAAALL......!!!!!!!!!!! KWANGMIIIINNN..!!!!!!!!!! KENAPA KAU KATAKAN ITUUUU!!!!!! AKU JADI SEMAKIN MENYUKAIMU TAU!!!!!!!!
Ye Min menjerit didalam benaknya. Jeritannya sangat kencang sampai Kwangmin mendengarnya "lho? Koq ada suara orang teriak ya? Apa itu kecoa?"
Karna tau Kwangmin menyadarinya, Ye Min segera pamit pada Kwangmin
"a-aku pamit dulu ya! Daahh!!"
"hei! Tunggu dulu!"
Kwangmin menarik lengan kiri Ye Min bagai sinetron-sinetron Indonesia(?)
"kau pulang sendirian? Ini kan gelap? Bagaimana kalau pulang bersamaku?"
"ti-tidak usah, lagipula dijalan nanti aku akan bertemu Ha Ni. Jadi tidak perlu repot-repot"
"aku gak akan kerepotan koq! Ayo kita pulang sama-sama!"
"kwangmin, gak usah...."
Tiba-tiba tangan kwangmin yg sedari tadi memegang pergelangan kiri Ye Min, memegang nya sangat erat. Dan wajah Kwangmin yg tadinya aegyo berubah menjadi mellow...
Dan Kwangmin mengatakan kata-kata yg sangat lembut dan menyentuh hati...
Ye min POV
"tapi...........aku khawatir padamu......."
Aku diam dgn kata-kata Kwangmin yg sejenak membuat seluruh tubuhku lemas. Aku tau, tak baik anak perempuan semasa SMU berjalan sendirian, akan sangat berbahaya pastinya. Tapi, mau bagaimana lagi, rasa suka ini menutupi segalanya. Dan bahkan tak pernah terfikirkan olehku kalau Kwangmin akan berkata begitu lembut.
Aku takut, aku akan hanya diam ketika Kwangmin mengajakku bicara. Semuanya tertutupi oleh rasa malu. Aku sungguh sangat menyukainya. Ketika dia berkata begitu, aku rasa..hati kecilku berkata 'mungkin dia memang mengkhawatirkan mu. Sebaiknya kau bersamanya'
Aku turuti perintah si kecil itu. Namun, ada hal lain yg lebih membuatku lemas karnanya....
"aku khawatir padamu karna aku sayang padamu......."
ASTAGA!!!
INI MIMPI?
INI KHAYALAN?
INI KENYATAAN?
INI SUNGGUHAN?
TUHAN, KU MOHON BUAT DIA MENGULANGI KATA-KATA INDAH ITU...
TBC~~
Genre: Romance, Friendship, Comedy.
Rating: General
Cast:
• Ri Ye Min
• Jo Kwangmin
• Kim Ha Ni
• Jo Youngmin
• Ahn Ni Hyo
• Arisa Komatsuzaki
• No Min Woo
• Unyuk, Umin, Ecung
------------------------------------------
Kim Ha Ni adalah sahabatku. Dia baik TIDAK! Dia SANGAT BAIK! Aku menyayanginya bagai aku menyayangi Kwangmin. Aku bersyukur, Tuhan mempertemukan aku teman seorang Kim Ha Ni. *author ikut senang. Alhamdulillah yah*
Author POV
"oke, kau tunggu sini ya.." Ha Ni menyadarkan lamunan Ye Min
Sontak Ye Min kaget. "ja-jangan pergi........" kata Ye Min menarik lengan baju Ha Ni.
"bentar ajaaa~ aku cuma mau nyari Youngmin kok! Kutinggal yaa~"
Perlahan-lahan langkah kaki Ha Ni menjauh dari Ye Min
Dengan sisa kekuatan yg ada(?) Ye Min membuka lockernya yg terkunci. Catatan nya ada didalam locker itu. Catatan yg pernah dipegang oleh kwangmin saat mereka kelas 1 SMP (baca #flashback tadi kan?).
Ye Min bukannya takut kalo-kalo(?) Ni Hyo datang lagi untuk membully dia, tapi dia takut karna sekolahNYA! INI JAM 08.00pm!! Sekolah pasti mengerikan kalau diliat dalam keadaan gelap. (author aja ngeri liat sekolah sendiri kalo malem-malem)
Celingak Celinguk Grmbl Grmbl.Celingak Celinguk Grmbl Grmbl.
Ye Min sibuk mencari catatan didalam lockernya yg penuh dengan kertas-kertas bertulisan 'Saranghae Kwangmin'
Tiba-tiba, ada suara berat mengagetkan Ye Min.
"Ri Ye Min? Sedang apa kau disini?"
Sontak Ye Min menutup lockernya karna ternyata Kwangmin yg menyapanya.
"aku tanya kau sedang apa? Aku tidak menyuruhmu untuk menutup lockermu itu koq~"
"ca..ca-ta..catatan.."
"OMO!? Catatan?"
Ye Min mengangguk. Dia punya firasat bagus dengan percakapan ini...~
Namun warna merah merona muncul di kedua pipinya yg Aegyo itu (inget ya! Yg paling super Aegyo hanya Sungmin semata wayang! Gak ada yg lain!) *digelitikin Sungmin*
"ng? Kau demam Ye Min? Kenapa mukamu begitu merah?"
Kwangmin mendekatkan wajahnya ke muka Ye Min. Ye Min pun tak sanggup lagi menahan suara degupan jantungnya. Semuanya lepas kendali~
"Ye Min, sepertinya kau demam. Mau ku antar pulang?"
Kwangmin yg sepertinya 'agak' khawatir, memegang kening Ye Min. Dengan cepat Ye Min memalingkan mukanya~
"aku, aku tidak sakit koq Kwangmin.."
'OMO! AKU MENGATAKAN NAMANYA! DIMANA KU MENDAPATKAN KEBERANIAN INI!? SUNGGUH HAL YG SANGAT BERAT! SEMOGA SAJA KWANGMIN TIDAK MENDENGARNYA. DUUUHH~' Ye Min berkata didalam benaknya
"ooh~ ku kira kau kenapa..."
"uhmm........"
"hey, Ye Min....."
"umm....?"
"kau tidak bertanya kenapa aku ada disini?"
"eh? Mi-mian. Kenapa kau ada disini?"
"heheee.... Ginii.... Hei!!"
Kwangmin melirik catatan yg dipegang Ye Min (author: akh, tadi mau ditanya, malah ganti topik lagi. Dasar kwangmin *dijitak kwangmin*)
"kau...... catatan itu........ akh! Bolehkah aku meminjam catatan itu? Jebal.... Besok, aku ada ujiann.. Boleh yaa..." Ujar Kwangmin sambil menunjukkan wajah aegyo nya.
Ye Min pun menggangguk.
Tiba-tiba Kwangmin kembali berkata pada Ye Min
"Ye Min...kau itu baik...juga....manis..dan aku suka itu..."
AAAAAAAAAAAAAKKHH SIAAAAAAAALL......!!!!!!!!!!! KWANGMIIIINNN..!!!!!!!!!! KENAPA KAU KATAKAN ITUUUU!!!!!! AKU JADI SEMAKIN MENYUKAIMU TAU!!!!!!!!
Ye Min menjerit didalam benaknya. Jeritannya sangat kencang sampai Kwangmin mendengarnya "lho? Koq ada suara orang teriak ya? Apa itu kecoa?"
Karna tau Kwangmin menyadarinya, Ye Min segera pamit pada Kwangmin
"a-aku pamit dulu ya! Daahh!!"
"hei! Tunggu dulu!"
Kwangmin menarik lengan kiri Ye Min bagai sinetron-sinetron Indonesia(?)
"kau pulang sendirian? Ini kan gelap? Bagaimana kalau pulang bersamaku?"
"ti-tidak usah, lagipula dijalan nanti aku akan bertemu Ha Ni. Jadi tidak perlu repot-repot"
"aku gak akan kerepotan koq! Ayo kita pulang sama-sama!"
"kwangmin, gak usah...."
Tiba-tiba tangan kwangmin yg sedari tadi memegang pergelangan kiri Ye Min, memegang nya sangat erat. Dan wajah Kwangmin yg tadinya aegyo berubah menjadi mellow...
Dan Kwangmin mengatakan kata-kata yg sangat lembut dan menyentuh hati...
Ye min POV
"tapi...........aku khawatir padamu......."
Aku diam dgn kata-kata Kwangmin yg sejenak membuat seluruh tubuhku lemas. Aku tau, tak baik anak perempuan semasa SMU berjalan sendirian, akan sangat berbahaya pastinya. Tapi, mau bagaimana lagi, rasa suka ini menutupi segalanya. Dan bahkan tak pernah terfikirkan olehku kalau Kwangmin akan berkata begitu lembut.
Aku takut, aku akan hanya diam ketika Kwangmin mengajakku bicara. Semuanya tertutupi oleh rasa malu. Aku sungguh sangat menyukainya. Ketika dia berkata begitu, aku rasa..hati kecilku berkata 'mungkin dia memang mengkhawatirkan mu. Sebaiknya kau bersamanya'
Aku turuti perintah si kecil itu. Namun, ada hal lain yg lebih membuatku lemas karnanya....
"aku khawatir padamu karna aku sayang padamu......."
ASTAGA!!!
INI MIMPI?
INI KHAYALAN?
INI KENYATAAN?
INI SUNGGUHAN?
TUHAN, KU MOHON BUAT DIA MENGULANGI KATA-KATA INDAH ITU...
TBC~~
Fanfiction - Together [1]
Author: @mysungminsmile
Genre: Romance, Friendship, Comedy.
Rating: General
Cast:
• Ri Ye Min
• Jo Kwangmin
• Kim Ha Ni
• Jo Youngmin
• Ahn Ni Hyo
• Arisa Komatsuzaki
• No Min Woo
• Unyuk, Umin, Ecung
------------------------------------------
Ye Min POV
Kulihat dia selalu bersepeda ketika berangkat dan pulang sekolah. Dan dia akan memakai payung berwarna hitam ketika hujan tiba. Kalau tidak salah namanya Jo Kwangmin. Dia namja yg tampan, TIDAK! Sangat tampan. Banyak yeoja yg menginginkannya. Salah satunya 'aku'. Aku memendam perasaan ini sudah sangat lama, kira-kira... 5 tahun lamanya.
~~ Kelas 1 SMP~~
"ye min, boleh pinjam itu?"
"pinjem apa?"
"itu..."
"hah? 'itu' apa?
"itu...yg ditangan kamu..."
"ooh, catatan? Kamu besok ujian?"
"hu'uh, ujian harian sih. Boleh yaa..."
"ne, boleh. Tapi jangan lama-lama ya karna aku juga memerlukannya"
"anio! Besok, aku akan langsung mengembalikannya koq! Kau tenang saja.."
"ya sudah. Nih ^^"
"gomawo ne"
"gwaenchana~ "
"ye min...."
"ne...?"
"............................"
"kwangmin...??"
"ye min...kau itu baik...juga....manis..dan aku suka itu..."
"hah? Aku gak ngerti maksud kamu"
"akupun juga gak ngerti, hahahaha" (sambil garuk-garuk belakang kepala)
"oaaalahh... Kamu nya aja gak ngerti gimana aku nya. Hedeuh..."
"mianhae ye min, tapi tadi itu aku serius lo..."
Dan akhirnya aku mengerti perkataan kwangmin itu. Sungguh aku sangat
senang. Tapi sayang, dia terlalu cuek dan sepertinya tak terlalu
berminat dalam hal 'berpacaran'. Padahal, aku sungguh sangat
menyukainya.....heuh.........
"Heh! Ngapain kamu mandangin Kwangmin!?"
Sontak lamunanku terhenti. Sial, lagi-lagi aku dibully oleh Ahn Ni Hyo dan teman-temannya. Aku memang sedang memerhatikan Kwangmin yg lagi mengeluarkan sepedanya dari parkiran. Tapi...
"Hey ri ye min! Aku didepan mu! Aku lagi ngomong sama kamu! Kau malah mengalihkan matamu dari ku dan kembali menatap kwangmin!"
Aku diam. Aku diam. Dan untuk ketiga kalinya Aku diam. Mataku hanya fokus pada Kwangmin. Bukan pada cewek Gaib ini...
"Ye min! Apa kau tuli hah!? Dari tadi kau diam saja. Atau jangan jangan... Kau itu bisu!? Hahahahahahaha kasian amat ... Hahaha"
Tak apalah Ni Hyo mengejekku begitu, toh telingaku sudah kebal dengan semua ejekannya. Tapi bukan berarti aku itu tuli maupun bisu. Aku hanya takut melawan mereka. Sial...
"Ye min, apa kau benar-benar bisu?"
Author POV
"yemin, apa kau benar-benar bisu?" salah satu dari temannya ni hyo bertanya. 'tentu saja tidak! Aku dapat berbicara! Apa kalian itu tidak tau yg namanya sopan santun. Akh! Untuk yg ke-empat kalinya aku berkata SIAL' yemin bicara dalam hati
ni hyo melirik ye min dengan tatapan sinis. "kau kenapa diam?"
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
6 detik
7 detik
ni hyo kembali bertanya "kenapa kau diam saja?"
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
6 detik
7 detik
"ukh....!!" Karna kesal, Ni Hyo mendorong Ye Min ke dinding parkiran sampai tubuh Ye Min terhentak. "kkhh"
"Ya! Kau hanya dapat beraksi 'kkhh'? Hahahaha, aku dapat melakukan yg lebih dari ini tau!"
Maka, Ni Hyo pun menggoncang-goncangkan(?) tubuh Ye Min dan mendorong nya berkali-kali. Mata Ye Min mulai berkaca-kaca karna ketakutan dan sakit yg dideritanya. Tiba-tiba Ni Hyo tanpa sepengetahuan Ye Min Menjambak rambut Ye Min dan ingin menampar Ye Min. Karna takut, Ye Min hanya bisa menutup matanya dalam-dalam(?). Tapi........ Tidak ada rasa sakit sedikitpun dipipi kiri nya. Perlahan-lahan, Ye Min membuka matanya dan ternyata, sudah ada Ha Ni yg memegang erat tangan kanan Ni Hyo dengan maksud menghentikan tindakannya.
Ni hyo menggerutu. "Kim Ha Ni.........."
"Ahn Ni Hyo, hentikan! Apa kau tidak bosan terus-terusan menyiksa Ye Min seperti ini huh?"
"apa? Bosan? Hahahahahahaha" Ni Hyo tertawa sedikit lantang "selama dia masih dekat-dekat dengan Kwangmin, aku takkan pernah bosan untuk mem-bully Nya!!"
CROT!
Ye min POV
aissh...lagi-lagi tsunami. Tsunami dari mulutnya besarnya Ni Hyo. Aaakh sial! Wajahku basah!
"Ni Hyo, lebih baik kita pergi saja. Aku takut sama Ha Ni. Kita sudah kena tonjokannya 66 kali dan aku tak mau untuk yg ke 67 kali, tonjokannya mendarat di wajahku" kata salah satu teman Ni Hyo berbisik.
Lalu, Ni Hyo dan gerombolan nya pergi tanpa sepatah kata pun.
"dasar Ni Hyo, berani nya keroyokan. Eh, Ye Min, kau tidak apa-apa? Apa kita perlu ke rumah sakit untuk memeriksanya? Aku takut penyakitmu kambuh gara-gara kelakuan Ni Hyo"
Aku menggeleng.
Sebuah senyuman terlihat jelas di bibir Ha Ni yg tebal itu.
"ya udah. Kau sudah ambil catatanmu?"
Aku menggeleng, lagi
"haaaaah~ sudah kuduga. Sini, kutemani kau kembali ke kelas"
Aku menggeleng. Hah? Tidak! Aku tidak menggeleng. Aku mengangguk. Me-ngang-guk. Oppa mideudo dweji OK?
Kalau aku boleh jujur, Kim Ha Ni
TBC—
Genre: Romance, Friendship, Comedy.
Rating: General
Cast:
• Ri Ye Min
• Jo Kwangmin
• Kim Ha Ni
• Jo Youngmin
• Ahn Ni Hyo
• Arisa Komatsuzaki
• No Min Woo
• Unyuk, Umin, Ecung
------------------------------------------
Ye Min POV
Kulihat dia selalu bersepeda ketika berangkat dan pulang sekolah. Dan dia akan memakai payung berwarna hitam ketika hujan tiba. Kalau tidak salah namanya Jo Kwangmin. Dia namja yg tampan, TIDAK! Sangat tampan. Banyak yeoja yg menginginkannya. Salah satunya 'aku'. Aku memendam perasaan ini sudah sangat lama, kira-kira... 5 tahun lamanya.
—flashback—
"ye min, boleh pinjam itu?"
"pinjem apa?"
"itu..."
"hah? 'itu' apa?
"itu...yg ditangan kamu..."
"ooh, catatan? Kamu besok ujian?"
"hu'uh, ujian harian sih. Boleh yaa..."
"ne, boleh. Tapi jangan lama-lama ya karna aku juga memerlukannya"
"anio! Besok, aku akan langsung mengembalikannya koq! Kau tenang saja.."
"ya sudah. Nih ^^"
"gomawo ne"
"gwaenchana~ "
"ye min...."
"ne...?"
"............................"
"kwangmin...??"
"ye min...kau itu baik...juga....manis..dan aku suka itu..."
"hah? Aku gak ngerti maksud kamu"
"akupun juga gak ngerti, hahahaha" (sambil garuk-garuk belakang kepala)
"oaaalahh... Kamu nya aja gak ngerti gimana aku nya. Hedeuh..."
"mianhae ye min, tapi tadi itu aku serius lo..."
—flashback end—
"Heh! Ngapain kamu mandangin Kwangmin!?"
Sontak lamunanku terhenti. Sial, lagi-lagi aku dibully oleh Ahn Ni Hyo dan teman-temannya. Aku memang sedang memerhatikan Kwangmin yg lagi mengeluarkan sepedanya dari parkiran. Tapi...
"Hey ri ye min! Aku didepan mu! Aku lagi ngomong sama kamu! Kau malah mengalihkan matamu dari ku dan kembali menatap kwangmin!"
Aku diam. Aku diam. Dan untuk ketiga kalinya Aku diam. Mataku hanya fokus pada Kwangmin. Bukan pada cewek Gaib ini...
"Ye min! Apa kau tuli hah!? Dari tadi kau diam saja. Atau jangan jangan... Kau itu bisu!? Hahahahahahaha kasian amat ... Hahaha"
Tak apalah Ni Hyo mengejekku begitu, toh telingaku sudah kebal dengan semua ejekannya. Tapi bukan berarti aku itu tuli maupun bisu. Aku hanya takut melawan mereka. Sial...
"Ye min, apa kau benar-benar bisu?"
Author POV
"yemin, apa kau benar-benar bisu?" salah satu dari temannya ni hyo bertanya. 'tentu saja tidak! Aku dapat berbicara! Apa kalian itu tidak tau yg namanya sopan santun. Akh! Untuk yg ke-empat kalinya aku berkata SIAL' yemin bicara dalam hati
ni hyo melirik ye min dengan tatapan sinis. "kau kenapa diam?"
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
6 detik
7 detik
ni hyo kembali bertanya "kenapa kau diam saja?"
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
6 detik
7 detik
"ukh....!!" Karna kesal, Ni Hyo mendorong Ye Min ke dinding parkiran sampai tubuh Ye Min terhentak. "kkhh"
"Ya! Kau hanya dapat beraksi 'kkhh'? Hahahaha, aku dapat melakukan yg lebih dari ini tau!"
Maka, Ni Hyo pun menggoncang-goncangkan(?) tubuh Ye Min dan mendorong nya berkali-kali. Mata Ye Min mulai berkaca-kaca karna ketakutan dan sakit yg dideritanya. Tiba-tiba Ni Hyo tanpa sepengetahuan Ye Min Menjambak rambut Ye Min dan ingin menampar Ye Min. Karna takut, Ye Min hanya bisa menutup matanya dalam-dalam(?). Tapi........ Tidak ada rasa sakit sedikitpun dipipi kiri nya. Perlahan-lahan, Ye Min membuka matanya dan ternyata, sudah ada Ha Ni yg memegang erat tangan kanan Ni Hyo dengan maksud menghentikan tindakannya.
Ni hyo menggerutu. "Kim Ha Ni.........."
"Ahn Ni Hyo, hentikan! Apa kau tidak bosan terus-terusan menyiksa Ye Min seperti ini huh?"
"apa? Bosan? Hahahahahahaha" Ni Hyo tertawa sedikit lantang "selama dia masih dekat-dekat dengan Kwangmin, aku takkan pernah bosan untuk mem-bully Nya!!"
CROT!
Ye min POV
aissh...lagi-lagi tsunami. Tsunami dari mulutnya besarnya Ni Hyo. Aaakh sial! Wajahku basah!
"Ni Hyo, lebih baik kita pergi saja. Aku takut sama Ha Ni. Kita sudah kena tonjokannya 66 kali dan aku tak mau untuk yg ke 67 kali, tonjokannya mendarat di wajahku" kata salah satu teman Ni Hyo berbisik.
Lalu, Ni Hyo dan gerombolan nya pergi tanpa sepatah kata pun.
"dasar Ni Hyo, berani nya keroyokan. Eh, Ye Min, kau tidak apa-apa? Apa kita perlu ke rumah sakit untuk memeriksanya? Aku takut penyakitmu kambuh gara-gara kelakuan Ni Hyo"
Aku menggeleng.
Sebuah senyuman terlihat jelas di bibir Ha Ni yg tebal itu.
"ya udah. Kau sudah ambil catatanmu?"
Aku menggeleng, lagi
"haaaaah~ sudah kuduga. Sini, kutemani kau kembali ke kelas"
Aku menggeleng. Hah? Tidak! Aku tidak menggeleng. Aku mengangguk. Me-ngang-guk. Oppa mideudo dweji OK?
Kalau aku boleh jujur, Kim Ha Ni
TBC—
6.1.12
Fanfiction - Nado SAranghae, hyung [4]
Title: Nado Saranghae, Hyung.
Genre: Angst, Family and Romance.
Cast: DBSK
Pairing: YunJae.
Mianhe, author baru bisa Update. Mianhe juga, jika FF ini masih memiliki banyak kekurangan dalam penulisannya juga kependekan. Author banyak mengucapkan Terima Kasih untuk Park Ri Byul Yang telah memberi tahu letak-letak kekurangan FF ini. Dan Terima kasih untuk readers yang telah mereview.
~ooOoo~
Chapter 04
Hujan.
Sore ini Seoul diguyur oleh hujan berkepanjangan. Seakan langit turut bersedih, turut menangis bersama seorang namja berparas imut yang sedari tadi mencari sesosok yang ia sayangi di bawah derasnya hujan. Tubuhnya yang terbalut oleh V-neck putih dan celana jeans yang Melekat di kakinya kini tengah basah kuyup akibat guyuran hujan. Bibir tipisnya mulai terlihat pucat, giginya bergemelatuk menahan hawa dingin yang menusuk tulang-tulangnya.
Ia terduduk lemas di atas rerumputan taman Rumah sakit, membiyarkan dirinya terguyur oleh air hujan Lebih lama. Manik matanya terus saja mengeluarkan air mata, rasa bersalah menghinggapi hatinya.
''Mianhe.'' Ucapnya berulang kali diantara isak tangisnya yang kini sudah pecah yang diiringi oleh suara derasnya hujan. Tangan kanannya memukul-mukul tanah dengan kesal. Ia berteriak frustasi berusaha meluapkan rasa bersalah yang ada di dalam hatinya.
Tiba-tiba, tubuhnya tak lagi di guyur oleh hujan. Seseorang tengah berdiri di belakangnya sambil memayunginya agar badannya tak lagi basah oleh air. Ia mendongak, menatap sepasang mata Milik seorang yang berdiri di belakangnya yang tengah menatapnya dengan tatapan iba dan khawatir.
''Junsu-ssi, kau bisa demam nanti. Mari masuk, kita Cari Jaejoong hyung lagi saat hujan reda.'' Ucap orang itu dengan nada yang terdengar Khawatir.
''Aniya. Aku harus mencari Jae-hyung, Yoochun-ssi. Ini semua salahku, harusnya aku tak meninggalkannya tadi.'' Jawab Junsu Kembali terisak saat mengingat alasan kenapa Jaejoong bisa menghilang.
''Tapi kau bisa sakit. Jika kau sakit, kau tak bisa mencari Jaejoong hyung.'' Kata Yoochun seraya mensejajarkan tingginya dengan tinggi Junsu yang tengah terduduk di tanah. Yoochun mengelus pelan bibir Junsu yang kini terlihat Pucat dengan sayang. Iris gelap miliknya tak lepas menatap manik mata milik Junsu.
''Bahkan bibirmu sudah pucat begini. Ayolah, kita masuk dan keringkan badanmu. Setelah hujan reda, aku berjanji akan membantumu mencari Jaejoong Hyung sampai ketemu.'' Bujuk Yoochun sambil membelai dengan sayang rambut basah Junsu. Badan Junsu sedikit bergetar saat Yoochun membelai rambutnya. Junsu merasakan sesuatu yang tiba-tiba berdesir di hatinya.
''Aish, perasaan apa ini...'' Tanya Junsu dalam hati pada dirinya sendiri. Berusaha menepis perasaan aneh yang tiba-tiba hadir di dalam tubuhnya. Ia menatap manik mata Yoochun, jelas tergambar rasa Khawatir dan ketulusan disana. Entah kenapa tiba-tiba Junsu merasakan sesuatu yang aneh hadir dalam tubuhnya saat menatap mata Yoochun. Apakah ia menyukai Seorang Dokter bernama Park Yoochun yang ada di hadapannya ini? Padahal mereka baru saja bertemu satu jam yang lalu. Mungkinkah ia menyukainya?
Flasback
Satu jam yang lalu.
Yunho berjalan dengan terburu-buru menelusuri koridor rumah sakit. Rasa bingung dan takut menguasai pikirannya. Dibelakangnya terlihat Dokter muda Park Yoochun yang mengikuti langkah cepat Yunho menuju ruang rawat Jaejoong. Yunho dengan cepat membuka pintu ruang rawat Jaejoong, matanya melihat sosok Junsu yang terduduk di sudut ruangan sedang memegangi kedua lutunya sambil menangis.
Yunho segera menghampiri Junsu, ia memeluk Junsu. Berusaha menenangkan Namja itu walau sebenarnya ia sendiri juga sedang ketakutan.
''Junsu-ie, ssht. Jangan menangis, tak ada gunanya kau menangis.'' Ujar Yunho pelan sambil menepuk-nepuk bahu Junsu yang bergetar.
''Tapi Hyung, hiks.. Ini salahku..'' Kata Junsu sambil melepas pelukan Yunho. Kemudian Ia menatap Yunho dengan mata yang berlinang air mata. Yunho tersenyum sedih saat melihat Wajah Junsu yang memerah juga matanya yang sedikit sembab, ''Ssht. Sudahlah, sekarang kau bantu aku mencarinya, ne. Kau dan Yoochun-ah tolong cari Jaejoong di sekeliling rumah sakit. Aku akan mencari di jalanan sekitar sini. Arra?''
''Arraseo.'' Jawab Junsu sambil mengangguk kecil. Yunho tersenyum, ia menghapus air mata Junsu dengan punggung tangannya. Lalu membantu Junsu berdiri. Junsu Menatap Yoochun yang ada di hadapannya.
Matanya memperhatikan Wajah tampan milik Yoochun. ''Tampan..'' Gumgamnya kecil, bisa ia rasakan wajahnya memanas seketika.
''Mohon Bantuannya.'' Ujar Junsu cepat sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang kini tengah memerah dari Yoochun.
''Ne.'' Jawab Yoochun sambil tersenyum sedih, ''Lagipula Ini juga Tanggung Jawabku sebagai Dokter Jaejoong Hyung.''
''Baiklah. Aku pergi dulu. Nah kalian berdua tolong cari di sekeliling rumah sakit.'' Ucap Yunho saat ia merasa bisa meninggalkan Junsu dengan Yoochun. Ia segera berlari keluar dari ruang rawat Jaejoong menuju parkiran dan melesatkan mobilnya dengan cepat membelah Jalanan Seoul.
''Nah, mari kita cari Jaejoong Hyung.'' Ajak Yoochun pada Junsu Sambil tersenyum.
Junsu mengangguk kecil, ''Aku akan mencari di taman. Anda tolong cari di dalam gedung rumah sakit.''
''Ne, baiklah.''
Flasback End
''Ne. Baiklah.'' Ucap Junsu akhirnya mengiyakan perkataan Yoochun karena menurutnya perkataan Yoochun ada benarnya juga. Yoochun yang mendengarnya tersenyum lembut ke arah Junsu.
Yoochun dengan perlahan menggenggam erat tangan Junsu yang dingin. ''Ayo masuk.'' Ucapnya sambil menarik tubuh Junsu agar segara masuk ke dalam gedung rumah sakit.
Junsu hanya mengangguk, mengikuti langkah Yoochun yang ada didepannya dengan wajah yang memerah dan jantung yang terus berdetak cepat. Sepertinya memang Junsu mulai menyukai Seorang Park Yoochun saat ini.
~ooOoo~
Seorang namja bertubuh tinggi sedang berjalan menelusuri Jalanan Seoul dengan santai. Hujan telah reda, beberapa menit yang lalu. Tubuh tingginya dibalut oleh V-neck biru muda dilapisi dengan mantel bewarna hitam serta celana Jeans. Tangan kanannya memegang erat sebuket bunga Lily putih.
''Hero hyung. Aku merindukanmu...'' Ucap namja tinggi itu pelan, sambil menghirup dalam aroma bunga Lily putih yang ia bawa. Seakan dengan melakukan hal itu mampu mengobati rasa rindunya.
Pikirannya melayang. Kembali mengingat masa lalu, saat ia masih bersama orang yang ia sayangi. Hero Hyungnya. Tiba-tiba langkah namja bertubuh tinggi itu terhenti, ia berdiri mematung memandangi sesosok namja cantik yang berdiri beberapa meter di depannya hendak menyebrang. Pakaian Namja cantik itu terlihat basah kuyup, mungkin tadi ia kehujanan. Namja tinggi itu tak percaya pada penglihatannya sekarang ini. rasa tak percaya, senang dan bingung menghinggapi hatinya disaat bersamaan.
''Hero hyung... '' Desahnya pelan dengan suara senang bercampur ketidakpercayaan. Namja tinggi itu lalu berlari kecil menghampiri namja cantik itu. Ia menarik lengan namja cantik itu dengan cepat dan sedikit kasar.
Jika terlambat sedetik saja, mungkin namja cantik itu telah tertabrak mobil yang melintas.
''Hati-Hati!'' Kata namja tinggi itu tanpa melepas lengan namja cantik yang ada di hadapannya.
Matanya terus memperhatikan namja cantik itu, seakan mencari perbedaan yang bisa membuat hatinya yakin jika sosok dihadapannya ini bukanlah orang yang sama dengan orang yang ia rindukan.
Jika namja yang ada dihadapannya ini bukanlah Hero hyungnya.
''Kau gila atau Bodoh? Jelas-jelas lampu lalu lintas bewarna hijau, kenapa kau malah menyebrang hah?'' Sambungnya lagi.
Namja cantik itu hanya diam, sambil memandangi namja tinggi di hadapannya dengan tatapan bingung.
''Kau siapa?'' Tanya namja cantik itu sambil memiringkan kepalanya, pertanda ia bingung.
''Aku Max. Kau?'' Jawab namja tinggi itu.
''Jaejoong.'' Jawab namja cantik itu. Ia menatap linglung ke arah Max, ''Kita pernah bertemu sebelumnya?''
''Tidak. Ini yang pertama.'' Jawab Max tanpa mengalihkan matanya untuk terus memperhatikan Jaejoong.
''Kenapa namja bernama Jaejoong ini begitu mirip denganmu Hero Hyung? Wajahnya sama denganmu, hyung. Bahkan dia memiliki suara yang sama sepertimu'' Tanya Max dalam hatinya pada dirinya sendiri.
Ia masih menatap Jaejoong dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa Jaejoong begitu mirip dengan Hero hyungnya Yang telah meninggal satu tahun yang lalu karena sebuah insiden kecelakaan.
''Kau membawa Bunga yang cantik. Boleh untukku?'' Tanya Jaejoong saat mata hitamnya melihat sebuket bunga lily yang dipegang Max.
''Boleh. Kau boleh memilikinya.'' ucap Max sambil memberikan bunga lily itu pada Jaejoong. ''Tapi kau harus menemaniku makan sebagai gantinya.''
Jaejoong mengangguk pelan, sambil tersenyum.
''Ne.''
~ooOoo~
Kini Max dan Jaejoong tengah duduk di salah satu kursi di sebuah restoran pilihan Max. Mereka duduk di dekat jendela, karena permintaan Jaejoong. Setelah memesan makanan, Max dan Jaejoong saling terdiam. Bingung mau berbicara apa.
''Kau kabur dari rumah sakit ya?'' Tanya Max membuka percakapan setelah lama terdiam. Ia baru sadar jika saat ini Jaejoong sedang menggunakan pakaian pasien rumah sakit.
Sedangkan Jaejoong hanya menggeleng pelan, ''Entahlah, Max. Aku lupa.''
Max kembali terdiam, keningnya berkerut, ia menatap heran Jaejoong. Pertanyaan yang ada di benak Max saat ini adalah kenapa Jaejoong bisa melupakan hal-hal yang seharusnya ia tak mungkin bisa melupakannya. Kecuali jika Jaejoong menderita penyakit...
''Kau sakit?'' Tanya Max lagi saat pelayan datang membawa pesanan mereka.
''Sepertinya.'' Jawab Jaejoong pendek. ''Hatchi...''
Jaejoong bersin-bersin. Max yang melihatnya merasa kasihan, pasti Jaejoong kedinginan sekarang. Apalagi bajunya yang basah kuyup seperti itu.
Max langsung membuka mantel hitam yang ia kenakan lalu memakaikannya pada Jaejoong.
''Agar kau tidak kedinginan.'' Ucap Max pelan, ''mantel itu bisa untuk menghangatkan badanmu. Setelah makan kita beli pekaian, ne.''
''Gomawo, Max.'' Jawab Jaejoong pelan sambil mengeulas sebuah senyuman di wajah cantiknya.
''Ne, ayo makan.'' Kata Max lalu langsung memakan nasi goreng yang ada dihadapannya.
Jaejoong terdiam, ia memperhatikan Max yang sedang makan.
Max yang merasa diperhatikan, menghentikan makannya dan menatap Jaejoong dengan heran.
''Kenapa kau memperhatikanku?'' Tanyanya ''Dan kenapa kau tak makan?''
''Mianhe. Tapi Aku lupa cara makan.'' Jawab Jaejoong pelan sambil menundukan kepalanya. Menyembunyikan raut kesedihannya dari Max.
Max yang mendengarnya, hanya mendesah ringan. Sepertinya dugaannya benar.
''Alzheimer?'' Tanya Max pada Jaejoong.
Jaejoong terdiam, lalu mengangguk ragu.
''Arraseo.'' Jawab Max sambil mengangguk pelan. Ia menggeser kursinya menjadi disamping Jaejoong. Ia menyendok sesendok penuh nasi goreng ''Bilang aaaaa..'' Katanya pada Jaejoong.
Jaejoong dengan ragu-ragu membuka mulutnya dan mulai makan.
''Gomawo..'' Ucap Jaejoong setelah mengunyah makanannya. ''Eh, Max. makanan itu apa namanya?'' Tanya Jaejoong antusias sambil menunjuk piring yang berisi beberapa potong sushi. Max melihat ke arah yang ditunjuk oleh tangan lentik Jaejoong.
''Oh, ini. Kau pasti lupa namanya, kan. Ini namanya sushi. Kau mau mencobanya?'' tanya Max sambil tersenyum.
Saat seperti ini, ia teringat lagi oleh Hero hyungnya. Dulu ia sering sekali menyuapi hyungnya itu.
''kalau boleh, aku mau..'' Ucap Jaejoong dengan nada manja. Melihat itu, Max tersenyum lembut ke arah Jaejoong, ia menyuapkan sepotong sushi ke Jaejoong.
''Enak.'' Desah Jaejoong pelan. ''Max, kalau yang itu apa?'' Tanya Jaejoong lagi dengan tatapan polos. Yang membuat Max tak bisa berhenti melukiskan senyuman di wajah tampannya.
''Ini udang. aaa..'' Ucap Max sambil menyuapkan sepotong udang pada Jaejoong.
Max terus menyuapi Jaejoong dengan makanan yang ada di atas meja. Sesekali mereka tertawa karena Max menceritakan sebuah lelucon pada Jaejoong.
''Kau tahu, kau begitu mirip dengan hyungku.'' Ucap Max tiba-tiba setelah menyuapkan sepotong daging pada Jaejoong.
Jaejoong yang mendengarnya menatap Max dengan pandangan bingung.
''Bagaimana bisa?'' Tanyanya ''Wajahnya sama denganku?''
''Bukan hanya wajah. Beberapa tingkah lakunya sama sepertimu. Kau mengingatkanku padanya.'' Jawab Max sambil membelai rambut Jaejoong pelan. Ia memandangi mata hitam milik Jaejoong dengan tatapan sayang.
Tanpa Max sadari, manik mata kelamnya menitihkan air mata. Ia tak mampu lagi menahan Rasa rindunya.
''Max... Kau menangis. kenapa?'' Tanya Jaejoong sambil menghapus air mata Max dengan punggung tangannya. Ia menatap Max dengan mata besar hitamnya, ''Apa aku menyakitimu?''
Max menggeleng pelan, ''Aniya. Kau membuatku Senang. Boleh aku memelukmu?'' Tanya Max dengan nada pelan dan sedikit ragu.
Jelas terpancar di pandangan matanya, jika ia sedang sedih. Jaejoong hanya tersenyum sambil mengangguk, Menyetujui permintaan Max.
Max langsung memeluk Jaejoong dengan erat, menenggelamkan wajahnya pada dada Jaejoong. Sama seperti saat ia memeluk hero hyungnya.
Samar tercium aroma vanilla dari tubuh Jaejoong, yang lagi-lagi aroma yang juga dimiliki Hero Hyungnya. Mereka berdua sama-sama beraroma vanilla.
''kau begitu merindukannya, ne?'' Tanya Jaejoong sambil mengelus pelan bahu Max yang bergetar.
''Ne. Aku sungguh merindukannya.'' Jawab Max masih dalam pelukan Jaejoong dengan suara parau. Ia menangis.
''Memangnya hyungmu pergi kemana, Max?'' Tanya Jaejoong lagi. Terdengar nada keheranan dalam suaranya saat menanyakannya.
''Surga.''
Mendengar jawaban Max, Jaejoong terdiam. Tapi sedetik kemudian ia langsung membelai rambut Max dengan sayang. Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang disayangi, apalagi bagaimana tersiksanya jika rasa rindu telah muncul memenuhi segala ruang dalam hati. Karena Jaejoong mengingatnya, ia juga pernah merasakan hal yang sama seperti Max. Saat-saat dimana ia begitu merindukan kedua orang tuanya.
''kau boleh menganggapku sebagai hyungmu, Max. Eum, bukan untuk menggantikan posisi hyungmu, hanya untuk mengisi kekosongan hatimu karena kepergian hyungmu.'' Kata Jaejoong pelan di telinga Max. Ia berusaha menghibur Max.
Max melepaskan pelukannya, matanya yang sedikit sembab dan merah menatap Jaejoong dengan tatapan tak percaya.
''kau serius?'' Tanyanya dengan suara bergetar. Tak percaya juga senang terdengar jelas di dalam suaranya.
''Ne. Tentu saja.''
''Ah, gomawo Jaejoong hyung.''
~ooOoo~
''Kau pergi kemana Joongie?'' Bisik Yunho pelan di balik kemudi mobilnya. Matanya terus memperhatikan jalanan Seoul yang ramai sore ini. Hujan telah reda beberapa saat yang lalu, membuat Jalanan kembali ramai karena orang-orang kembali beraktivitas.
Yunho menepikan mobilnya di pinggir jalan. Ia sudah tak tahu lagi harus mencari Jaejoong kemana. Ia sudah mengelilingi Seoul selama satu setengah jam, tapi sampai sekarang ia belum berhasil menemukan Jaejoong.
''Pabbo!'' Umpat Yunho sambil memukul Stir Mobil dengan tangan kanannya.
Berusaha meluapkan rasa kesal dan frustasi yang ada di dalam dirinya.
''Harusnya kau menjaganya, bukan malah meninggalkannya! Dasar Pabbo! Kau mencintainya kan? Harusnya kau tetap disisinya, bukan malah pergi! Pabbo! Sekarang bagaimana? kau Bodoh Yunho!'' Teriak Yunho kesal di dalam mobil.
Ia meremas rambutnya frustasi. Air matanya keluar dengan perlahan membasahi wajahnya yang tampan. Ia mengucapkan kata maaf diantara tangisnya.
''Joongie, mianhe. Jangan begini.. Hyung janji akan selalu menemanimu, ne. Kamu dimana Joongie? Jangan siksa hyung seperti ini...'' Racau Yunho sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Rasa Sakit yang ia rasakan karena tidak becus menjaga Orang yang ia sayangi sekaligus ia cintai.
Tiba-tiba Ponsel Yunho berdering, tanda seseorang menghubunginya. Dilayar Ponselnya tertera nama Yoochun. Dengan Enggan ia menerima telpon Dari Yoochun itu.
''Yeoboseo.'' Ucap Yunho dengan suara tercekat.
''Hyung, Mianhe. Aku sudah mencari Jaejoong hyung bersama Junsu-ssi di area sekeliling rumah sakit. Tapi Jaejoong hyung tidak ada.'' Kata Yoochun dengan suara yang terdengar sedih dan bersalah juga menyesal melebur menjadi satu.
''Arraseo. Aku masih mencarinya, Yoochun-ah. Gomawo sudah mau membantuku mencari Jaejoong.'' Jawab Yunho.
''Ne, hyung. Mungkin sekarang Jaejoong hyung sudah berada di jalanan sekitar ...''
Yunho mendengarkan Yoochun berbicara, sambil matanya memperhatikan sekeliling.
Tiba-tiba ekor matanya melihat sosok Jaejoong sedang bersama seorang namja bertubuh tinggi. Mereka berdua berada di sebrang jalan.
''Yoochun-ah. Mianhe, aku putus telponnya. Aku akan mengabarimu segera'' Ucap Yunho cepat lalu memutus sambungan telponnya kemudian memasukkan ponselnya ke saku celananya.
Ia segera keluar dari dalam mobilnya.
''Joongie!'' Panggil Yunho sedikit berteriak.
Tapi Jaejoong tak berhenti melangkahkan kakinya bersama namja tinggi itu. Yunho dengan cepat berlari menyebrang terburu-buru tak ingin kehilangan Jaejoongnya untuk kedua kalinya. Ia menyebrang tanpa melihat kondisi jalanan.
''Joongie!'' Panggilnya lagi.
''AWAS!'' Pekik seorang yeoja yang berdiri di sebrang jalan pada Yunho. Dengan cepat Yunho menoleh ke samping dan melihat sebuah mobil tengah bergerak ke arahnya.
TIIIIN!
TBC...
~ooOoo~
Genre: Angst, Family and Romance.
Cast: DBSK
Pairing: YunJae.
Mianhe, author baru bisa Update. Mianhe juga, jika FF ini masih memiliki banyak kekurangan dalam penulisannya juga kependekan. Author banyak mengucapkan Terima Kasih untuk Park Ri Byul Yang telah memberi tahu letak-letak kekurangan FF ini. Dan Terima kasih untuk readers yang telah mereview.
~ooOoo~
Chapter 04
Hujan.
Sore ini Seoul diguyur oleh hujan berkepanjangan. Seakan langit turut bersedih, turut menangis bersama seorang namja berparas imut yang sedari tadi mencari sesosok yang ia sayangi di bawah derasnya hujan. Tubuhnya yang terbalut oleh V-neck putih dan celana jeans yang Melekat di kakinya kini tengah basah kuyup akibat guyuran hujan. Bibir tipisnya mulai terlihat pucat, giginya bergemelatuk menahan hawa dingin yang menusuk tulang-tulangnya.
Ia terduduk lemas di atas rerumputan taman Rumah sakit, membiyarkan dirinya terguyur oleh air hujan Lebih lama. Manik matanya terus saja mengeluarkan air mata, rasa bersalah menghinggapi hatinya.
''Mianhe.'' Ucapnya berulang kali diantara isak tangisnya yang kini sudah pecah yang diiringi oleh suara derasnya hujan. Tangan kanannya memukul-mukul tanah dengan kesal. Ia berteriak frustasi berusaha meluapkan rasa bersalah yang ada di dalam hatinya.
Tiba-tiba, tubuhnya tak lagi di guyur oleh hujan. Seseorang tengah berdiri di belakangnya sambil memayunginya agar badannya tak lagi basah oleh air. Ia mendongak, menatap sepasang mata Milik seorang yang berdiri di belakangnya yang tengah menatapnya dengan tatapan iba dan khawatir.
''Junsu-ssi, kau bisa demam nanti. Mari masuk, kita Cari Jaejoong hyung lagi saat hujan reda.'' Ucap orang itu dengan nada yang terdengar Khawatir.
''Aniya. Aku harus mencari Jae-hyung, Yoochun-ssi. Ini semua salahku, harusnya aku tak meninggalkannya tadi.'' Jawab Junsu Kembali terisak saat mengingat alasan kenapa Jaejoong bisa menghilang.
''Tapi kau bisa sakit. Jika kau sakit, kau tak bisa mencari Jaejoong hyung.'' Kata Yoochun seraya mensejajarkan tingginya dengan tinggi Junsu yang tengah terduduk di tanah. Yoochun mengelus pelan bibir Junsu yang kini terlihat Pucat dengan sayang. Iris gelap miliknya tak lepas menatap manik mata milik Junsu.
''Bahkan bibirmu sudah pucat begini. Ayolah, kita masuk dan keringkan badanmu. Setelah hujan reda, aku berjanji akan membantumu mencari Jaejoong Hyung sampai ketemu.'' Bujuk Yoochun sambil membelai dengan sayang rambut basah Junsu. Badan Junsu sedikit bergetar saat Yoochun membelai rambutnya. Junsu merasakan sesuatu yang tiba-tiba berdesir di hatinya.
''Aish, perasaan apa ini...'' Tanya Junsu dalam hati pada dirinya sendiri. Berusaha menepis perasaan aneh yang tiba-tiba hadir di dalam tubuhnya. Ia menatap manik mata Yoochun, jelas tergambar rasa Khawatir dan ketulusan disana. Entah kenapa tiba-tiba Junsu merasakan sesuatu yang aneh hadir dalam tubuhnya saat menatap mata Yoochun. Apakah ia menyukai Seorang Dokter bernama Park Yoochun yang ada di hadapannya ini? Padahal mereka baru saja bertemu satu jam yang lalu. Mungkinkah ia menyukainya?
Flasback
Satu jam yang lalu.
Yunho berjalan dengan terburu-buru menelusuri koridor rumah sakit. Rasa bingung dan takut menguasai pikirannya. Dibelakangnya terlihat Dokter muda Park Yoochun yang mengikuti langkah cepat Yunho menuju ruang rawat Jaejoong. Yunho dengan cepat membuka pintu ruang rawat Jaejoong, matanya melihat sosok Junsu yang terduduk di sudut ruangan sedang memegangi kedua lutunya sambil menangis.
Yunho segera menghampiri Junsu, ia memeluk Junsu. Berusaha menenangkan Namja itu walau sebenarnya ia sendiri juga sedang ketakutan.
''Junsu-ie, ssht. Jangan menangis, tak ada gunanya kau menangis.'' Ujar Yunho pelan sambil menepuk-nepuk bahu Junsu yang bergetar.
''Tapi Hyung, hiks.. Ini salahku..'' Kata Junsu sambil melepas pelukan Yunho. Kemudian Ia menatap Yunho dengan mata yang berlinang air mata. Yunho tersenyum sedih saat melihat Wajah Junsu yang memerah juga matanya yang sedikit sembab, ''Ssht. Sudahlah, sekarang kau bantu aku mencarinya, ne. Kau dan Yoochun-ah tolong cari Jaejoong di sekeliling rumah sakit. Aku akan mencari di jalanan sekitar sini. Arra?''
''Arraseo.'' Jawab Junsu sambil mengangguk kecil. Yunho tersenyum, ia menghapus air mata Junsu dengan punggung tangannya. Lalu membantu Junsu berdiri. Junsu Menatap Yoochun yang ada di hadapannya.
Matanya memperhatikan Wajah tampan milik Yoochun. ''Tampan..'' Gumgamnya kecil, bisa ia rasakan wajahnya memanas seketika.
''Mohon Bantuannya.'' Ujar Junsu cepat sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang kini tengah memerah dari Yoochun.
''Ne.'' Jawab Yoochun sambil tersenyum sedih, ''Lagipula Ini juga Tanggung Jawabku sebagai Dokter Jaejoong Hyung.''
''Baiklah. Aku pergi dulu. Nah kalian berdua tolong cari di sekeliling rumah sakit.'' Ucap Yunho saat ia merasa bisa meninggalkan Junsu dengan Yoochun. Ia segera berlari keluar dari ruang rawat Jaejoong menuju parkiran dan melesatkan mobilnya dengan cepat membelah Jalanan Seoul.
''Nah, mari kita cari Jaejoong Hyung.'' Ajak Yoochun pada Junsu Sambil tersenyum.
Junsu mengangguk kecil, ''Aku akan mencari di taman. Anda tolong cari di dalam gedung rumah sakit.''
''Ne, baiklah.''
Flasback End
''Ne. Baiklah.'' Ucap Junsu akhirnya mengiyakan perkataan Yoochun karena menurutnya perkataan Yoochun ada benarnya juga. Yoochun yang mendengarnya tersenyum lembut ke arah Junsu.
Yoochun dengan perlahan menggenggam erat tangan Junsu yang dingin. ''Ayo masuk.'' Ucapnya sambil menarik tubuh Junsu agar segara masuk ke dalam gedung rumah sakit.
Junsu hanya mengangguk, mengikuti langkah Yoochun yang ada didepannya dengan wajah yang memerah dan jantung yang terus berdetak cepat. Sepertinya memang Junsu mulai menyukai Seorang Park Yoochun saat ini.
~ooOoo~
Seorang namja bertubuh tinggi sedang berjalan menelusuri Jalanan Seoul dengan santai. Hujan telah reda, beberapa menit yang lalu. Tubuh tingginya dibalut oleh V-neck biru muda dilapisi dengan mantel bewarna hitam serta celana Jeans. Tangan kanannya memegang erat sebuket bunga Lily putih.
''Hero hyung. Aku merindukanmu...'' Ucap namja tinggi itu pelan, sambil menghirup dalam aroma bunga Lily putih yang ia bawa. Seakan dengan melakukan hal itu mampu mengobati rasa rindunya.
Pikirannya melayang. Kembali mengingat masa lalu, saat ia masih bersama orang yang ia sayangi. Hero Hyungnya. Tiba-tiba langkah namja bertubuh tinggi itu terhenti, ia berdiri mematung memandangi sesosok namja cantik yang berdiri beberapa meter di depannya hendak menyebrang. Pakaian Namja cantik itu terlihat basah kuyup, mungkin tadi ia kehujanan. Namja tinggi itu tak percaya pada penglihatannya sekarang ini. rasa tak percaya, senang dan bingung menghinggapi hatinya disaat bersamaan.
''Hero hyung... '' Desahnya pelan dengan suara senang bercampur ketidakpercayaan. Namja tinggi itu lalu berlari kecil menghampiri namja cantik itu. Ia menarik lengan namja cantik itu dengan cepat dan sedikit kasar.
Jika terlambat sedetik saja, mungkin namja cantik itu telah tertabrak mobil yang melintas.
''Hati-Hati!'' Kata namja tinggi itu tanpa melepas lengan namja cantik yang ada di hadapannya.
Matanya terus memperhatikan namja cantik itu, seakan mencari perbedaan yang bisa membuat hatinya yakin jika sosok dihadapannya ini bukanlah orang yang sama dengan orang yang ia rindukan.
Jika namja yang ada dihadapannya ini bukanlah Hero hyungnya.
''Kau gila atau Bodoh? Jelas-jelas lampu lalu lintas bewarna hijau, kenapa kau malah menyebrang hah?'' Sambungnya lagi.
Namja cantik itu hanya diam, sambil memandangi namja tinggi di hadapannya dengan tatapan bingung.
''Kau siapa?'' Tanya namja cantik itu sambil memiringkan kepalanya, pertanda ia bingung.
''Aku Max. Kau?'' Jawab namja tinggi itu.
''Jaejoong.'' Jawab namja cantik itu. Ia menatap linglung ke arah Max, ''Kita pernah bertemu sebelumnya?''
''Tidak. Ini yang pertama.'' Jawab Max tanpa mengalihkan matanya untuk terus memperhatikan Jaejoong.
''Kenapa namja bernama Jaejoong ini begitu mirip denganmu Hero Hyung? Wajahnya sama denganmu, hyung. Bahkan dia memiliki suara yang sama sepertimu'' Tanya Max dalam hatinya pada dirinya sendiri.
Ia masih menatap Jaejoong dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa Jaejoong begitu mirip dengan Hero hyungnya Yang telah meninggal satu tahun yang lalu karena sebuah insiden kecelakaan.
''Kau membawa Bunga yang cantik. Boleh untukku?'' Tanya Jaejoong saat mata hitamnya melihat sebuket bunga lily yang dipegang Max.
''Boleh. Kau boleh memilikinya.'' ucap Max sambil memberikan bunga lily itu pada Jaejoong. ''Tapi kau harus menemaniku makan sebagai gantinya.''
Jaejoong mengangguk pelan, sambil tersenyum.
''Ne.''
~ooOoo~
Kini Max dan Jaejoong tengah duduk di salah satu kursi di sebuah restoran pilihan Max. Mereka duduk di dekat jendela, karena permintaan Jaejoong. Setelah memesan makanan, Max dan Jaejoong saling terdiam. Bingung mau berbicara apa.
''Kau kabur dari rumah sakit ya?'' Tanya Max membuka percakapan setelah lama terdiam. Ia baru sadar jika saat ini Jaejoong sedang menggunakan pakaian pasien rumah sakit.
Sedangkan Jaejoong hanya menggeleng pelan, ''Entahlah, Max. Aku lupa.''
Max kembali terdiam, keningnya berkerut, ia menatap heran Jaejoong. Pertanyaan yang ada di benak Max saat ini adalah kenapa Jaejoong bisa melupakan hal-hal yang seharusnya ia tak mungkin bisa melupakannya. Kecuali jika Jaejoong menderita penyakit...
''Kau sakit?'' Tanya Max lagi saat pelayan datang membawa pesanan mereka.
''Sepertinya.'' Jawab Jaejoong pendek. ''Hatchi...''
Jaejoong bersin-bersin. Max yang melihatnya merasa kasihan, pasti Jaejoong kedinginan sekarang. Apalagi bajunya yang basah kuyup seperti itu.
Max langsung membuka mantel hitam yang ia kenakan lalu memakaikannya pada Jaejoong.
''Agar kau tidak kedinginan.'' Ucap Max pelan, ''mantel itu bisa untuk menghangatkan badanmu. Setelah makan kita beli pekaian, ne.''
''Gomawo, Max.'' Jawab Jaejoong pelan sambil mengeulas sebuah senyuman di wajah cantiknya.
''Ne, ayo makan.'' Kata Max lalu langsung memakan nasi goreng yang ada dihadapannya.
Jaejoong terdiam, ia memperhatikan Max yang sedang makan.
Max yang merasa diperhatikan, menghentikan makannya dan menatap Jaejoong dengan heran.
''Kenapa kau memperhatikanku?'' Tanyanya ''Dan kenapa kau tak makan?''
''Mianhe. Tapi Aku lupa cara makan.'' Jawab Jaejoong pelan sambil menundukan kepalanya. Menyembunyikan raut kesedihannya dari Max.
Max yang mendengarnya, hanya mendesah ringan. Sepertinya dugaannya benar.
''Alzheimer?'' Tanya Max pada Jaejoong.
Jaejoong terdiam, lalu mengangguk ragu.
''Arraseo.'' Jawab Max sambil mengangguk pelan. Ia menggeser kursinya menjadi disamping Jaejoong. Ia menyendok sesendok penuh nasi goreng ''Bilang aaaaa..'' Katanya pada Jaejoong.
Jaejoong dengan ragu-ragu membuka mulutnya dan mulai makan.
''Gomawo..'' Ucap Jaejoong setelah mengunyah makanannya. ''Eh, Max. makanan itu apa namanya?'' Tanya Jaejoong antusias sambil menunjuk piring yang berisi beberapa potong sushi. Max melihat ke arah yang ditunjuk oleh tangan lentik Jaejoong.
''Oh, ini. Kau pasti lupa namanya, kan. Ini namanya sushi. Kau mau mencobanya?'' tanya Max sambil tersenyum.
Saat seperti ini, ia teringat lagi oleh Hero hyungnya. Dulu ia sering sekali menyuapi hyungnya itu.
''kalau boleh, aku mau..'' Ucap Jaejoong dengan nada manja. Melihat itu, Max tersenyum lembut ke arah Jaejoong, ia menyuapkan sepotong sushi ke Jaejoong.
''Enak.'' Desah Jaejoong pelan. ''Max, kalau yang itu apa?'' Tanya Jaejoong lagi dengan tatapan polos. Yang membuat Max tak bisa berhenti melukiskan senyuman di wajah tampannya.
''Ini udang. aaa..'' Ucap Max sambil menyuapkan sepotong udang pada Jaejoong.
Max terus menyuapi Jaejoong dengan makanan yang ada di atas meja. Sesekali mereka tertawa karena Max menceritakan sebuah lelucon pada Jaejoong.
''Kau tahu, kau begitu mirip dengan hyungku.'' Ucap Max tiba-tiba setelah menyuapkan sepotong daging pada Jaejoong.
Jaejoong yang mendengarnya menatap Max dengan pandangan bingung.
''Bagaimana bisa?'' Tanyanya ''Wajahnya sama denganku?''
''Bukan hanya wajah. Beberapa tingkah lakunya sama sepertimu. Kau mengingatkanku padanya.'' Jawab Max sambil membelai rambut Jaejoong pelan. Ia memandangi mata hitam milik Jaejoong dengan tatapan sayang.
Tanpa Max sadari, manik mata kelamnya menitihkan air mata. Ia tak mampu lagi menahan Rasa rindunya.
''Max... Kau menangis. kenapa?'' Tanya Jaejoong sambil menghapus air mata Max dengan punggung tangannya. Ia menatap Max dengan mata besar hitamnya, ''Apa aku menyakitimu?''
Max menggeleng pelan, ''Aniya. Kau membuatku Senang. Boleh aku memelukmu?'' Tanya Max dengan nada pelan dan sedikit ragu.
Jelas terpancar di pandangan matanya, jika ia sedang sedih. Jaejoong hanya tersenyum sambil mengangguk, Menyetujui permintaan Max.
Max langsung memeluk Jaejoong dengan erat, menenggelamkan wajahnya pada dada Jaejoong. Sama seperti saat ia memeluk hero hyungnya.
Samar tercium aroma vanilla dari tubuh Jaejoong, yang lagi-lagi aroma yang juga dimiliki Hero Hyungnya. Mereka berdua sama-sama beraroma vanilla.
''kau begitu merindukannya, ne?'' Tanya Jaejoong sambil mengelus pelan bahu Max yang bergetar.
''Ne. Aku sungguh merindukannya.'' Jawab Max masih dalam pelukan Jaejoong dengan suara parau. Ia menangis.
''Memangnya hyungmu pergi kemana, Max?'' Tanya Jaejoong lagi. Terdengar nada keheranan dalam suaranya saat menanyakannya.
''Surga.''
Mendengar jawaban Max, Jaejoong terdiam. Tapi sedetik kemudian ia langsung membelai rambut Max dengan sayang. Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang disayangi, apalagi bagaimana tersiksanya jika rasa rindu telah muncul memenuhi segala ruang dalam hati. Karena Jaejoong mengingatnya, ia juga pernah merasakan hal yang sama seperti Max. Saat-saat dimana ia begitu merindukan kedua orang tuanya.
''kau boleh menganggapku sebagai hyungmu, Max. Eum, bukan untuk menggantikan posisi hyungmu, hanya untuk mengisi kekosongan hatimu karena kepergian hyungmu.'' Kata Jaejoong pelan di telinga Max. Ia berusaha menghibur Max.
Max melepaskan pelukannya, matanya yang sedikit sembab dan merah menatap Jaejoong dengan tatapan tak percaya.
''kau serius?'' Tanyanya dengan suara bergetar. Tak percaya juga senang terdengar jelas di dalam suaranya.
''Ne. Tentu saja.''
''Ah, gomawo Jaejoong hyung.''
~ooOoo~
''Kau pergi kemana Joongie?'' Bisik Yunho pelan di balik kemudi mobilnya. Matanya terus memperhatikan jalanan Seoul yang ramai sore ini. Hujan telah reda beberapa saat yang lalu, membuat Jalanan kembali ramai karena orang-orang kembali beraktivitas.
Yunho menepikan mobilnya di pinggir jalan. Ia sudah tak tahu lagi harus mencari Jaejoong kemana. Ia sudah mengelilingi Seoul selama satu setengah jam, tapi sampai sekarang ia belum berhasil menemukan Jaejoong.
''Pabbo!'' Umpat Yunho sambil memukul Stir Mobil dengan tangan kanannya.
Berusaha meluapkan rasa kesal dan frustasi yang ada di dalam dirinya.
''Harusnya kau menjaganya, bukan malah meninggalkannya! Dasar Pabbo! Kau mencintainya kan? Harusnya kau tetap disisinya, bukan malah pergi! Pabbo! Sekarang bagaimana? kau Bodoh Yunho!'' Teriak Yunho kesal di dalam mobil.
Ia meremas rambutnya frustasi. Air matanya keluar dengan perlahan membasahi wajahnya yang tampan. Ia mengucapkan kata maaf diantara tangisnya.
''Joongie, mianhe. Jangan begini.. Hyung janji akan selalu menemanimu, ne. Kamu dimana Joongie? Jangan siksa hyung seperti ini...'' Racau Yunho sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Rasa Sakit yang ia rasakan karena tidak becus menjaga Orang yang ia sayangi sekaligus ia cintai.
Tiba-tiba Ponsel Yunho berdering, tanda seseorang menghubunginya. Dilayar Ponselnya tertera nama Yoochun. Dengan Enggan ia menerima telpon Dari Yoochun itu.
''Yeoboseo.'' Ucap Yunho dengan suara tercekat.
''Hyung, Mianhe. Aku sudah mencari Jaejoong hyung bersama Junsu-ssi di area sekeliling rumah sakit. Tapi Jaejoong hyung tidak ada.'' Kata Yoochun dengan suara yang terdengar sedih dan bersalah juga menyesal melebur menjadi satu.
''Arraseo. Aku masih mencarinya, Yoochun-ah. Gomawo sudah mau membantuku mencari Jaejoong.'' Jawab Yunho.
''Ne, hyung. Mungkin sekarang Jaejoong hyung sudah berada di jalanan sekitar ...''
Yunho mendengarkan Yoochun berbicara, sambil matanya memperhatikan sekeliling.
Tiba-tiba ekor matanya melihat sosok Jaejoong sedang bersama seorang namja bertubuh tinggi. Mereka berdua berada di sebrang jalan.
''Yoochun-ah. Mianhe, aku putus telponnya. Aku akan mengabarimu segera'' Ucap Yunho cepat lalu memutus sambungan telponnya kemudian memasukkan ponselnya ke saku celananya.
Ia segera keluar dari dalam mobilnya.
''Joongie!'' Panggil Yunho sedikit berteriak.
Tapi Jaejoong tak berhenti melangkahkan kakinya bersama namja tinggi itu. Yunho dengan cepat berlari menyebrang terburu-buru tak ingin kehilangan Jaejoongnya untuk kedua kalinya. Ia menyebrang tanpa melihat kondisi jalanan.
''Joongie!'' Panggilnya lagi.
''AWAS!'' Pekik seorang yeoja yang berdiri di sebrang jalan pada Yunho. Dengan cepat Yunho menoleh ke samping dan melihat sebuah mobil tengah bergerak ke arahnya.
TIIIIN!
TBC...
~ooOoo~
Fanfiction - Nado Saranghae, Hyung [3]
Author : Kim Re Ah
Title : Nado saranghae hyung
Genre : Angst, Family, and romance.
Cast : DBSK
Pairing : YunJae
Chapter 3 ini di publish cepet, sebagai perminta maafan author karena chapter 2nya jelek dan kecepetan alurnya.
Makasih untuk reviewnya. semoga cahpter ini nggak kecepetan lagi ya, alurnya.
~ooOoo~
chapter 03
''Jangan sekarang. Ini terlalu cepat.'' bisik Yunho pada telinga jaejoong yang sudah tak sadarkan diri. ''bahkan kau belum mendengar pernyataan cintaku. Jangan sekarang, jebal...''
~ooOoo~
Dengan cepat Yunho segera membawa jaejoong ke rumah sakit. Saat dirumah sakit jaejoong langsung ditangani oleh dokter Park Yoochun, dokter kepercayaan keluarga Jung. Yunho menunggu di depan ruang ICU dengan perasaan gelisah. Perasaan takut mulai menyergapnya lagi, perasaan takut akan kehilangan sosok yang ia sayangi untuk ketiga kalinya. Ya, Tuan dan Nyonya Jung telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Tuan jung meninggal karena kecelakaan sedangkan Nyonya Jung karena penyakit yang sama dengan penyakit yang diderita jaejoong sekarang.
Beberapa menit kemudian dokter park Yoochun keluar dari ruang ICU. Yunho yang melihatnya, langsung menghampiri dokter muda itu.
''apa yang terjadi dengan jaejoong, Yoochun-ah?'' tanya yunho langsung.
''dia kelelahan, hyung. Sepertinya ia banyak memaksakan diri akhir-akhir ini. Memaksakan diri untuk mengingat sesuatu.'' kata Yoochun pelan. Yunho hanya dapat terdiam setelah mendengar perkataan Yoochun. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa agar BooJaenya itu tak menderita dengan penyakit yang dideritanya.
''lalu bagaimana sekarang?'' tanya Yunho lagi dengan nada yang terdengar lelah. Lelah melawan kenyataan jika sebentar lagi mungkin ia akan berpisah dengan Boojaenya.
''sebaiknya mulai sekarang, jaejoong hyung di rawat di sini saja. Aku sudah harus mulai memperhatikan jaejoong hyung secara lebih sekarang.'' jawab yoochun sambil mendesah ringan.
''arraseo.'' ucap Yunho sambil tersenyum sedih. Yang dapat ia lakukan sekarang hanyalah menuruti perintah Yoochun, agar dapat setidaknya memperpanjang waktu boojaenya.
~ooOoo~
Junsu berjalan dengan cepat menelusuri koridor rumah sakit tempat jaejoong dirawat. Ia merasa gelisah karena tiba-tiba saja Yunho melefonnya dan memintanya untuk pergi ke seoul hospital karena jaejoong ingin bertemu dengannya. Junsu mengetuk pelan sebuah pintu ruang rawat bercat putih. Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka. Seorang namja tampan dengan mata elang berdiri di depan junsu.
''Hyung..'' panggil junsu pelan pada seseorang didepannya. ''aku datang.''
''masuklah.'' ucap namja itu mempersilahkan Junsu masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi oleh bau obat-obatan.
''jaejoong sedang tidur, bisakah kau menunggunya sampai ia bangun?'' tanya namja itu lagi sambil memandangi seorang namja cantik yang tengah tertidur.
Junsu mengangguk pelan, ''ne. Aku akan menunggu jae-hyung bangun. Yunho hyung..''
''gomawo, junsu-ah.'' jawab yunho sambil tersenyum.
''bagaimana bisa jae-hyung masuk rumah sakit, hyung?'' tanya Junsu pada yunho.
''kata dokter dia kelelahan, sepertinya dia terlalu memaksakan diri untuk ujian.'' jawab yunho sambil tersenyum sedih.
''lalu bagaimana kondisinya sekarang?'' tanya junsu lagi. Kini ia memandangi jaejoong yang tertidur di atas ranjang rumah sakit. Kulit putih jaejoong kini terlihat lebih pucat dari pada dulu. Badan jaejoong pun kini terlihat lebih kurus dari pada dulu, terakhir junsu melihat jaejoong.
''dia harus dirawat di sini'' kata yunho sambil mendesah ringan. ''boleh kutitipkan jaejoong sebentar padamu? Aku harus pergi ke kantor, ada beberapa pekerjaanku yang harus kuselesaikan.''
''ne, hyung. Aku akan menjaga jaejoong hyung sampai kau kembali.'' jawab junsu sambil tersenyum.
''gomawo. Aku akan cepat kembali.'' kata yunho lalu berjalan meninggalkan ruang rawat jaejoong.
Setelah Yunho pergi, Junsu mendudukkan dirinya di kursi di samping ranjang jaejoong. Tangannya mengelus pelan rambut jaejoong dengan sayang. Pikirannya melayang ke masa saat mereka berdua masih sama-sama sekolah. Saat-saat dimana Junsu selalu membantu keseharian jaejoong di sekolah beberapa minggu terakhir sebelum kelulusan.
''jae-hyung...'' panggil junsu pelan. Matanya mulai terasa panas, sebentar lagi mungkin air matanya akan turun membasahi wajahnya. Ia merasa sedih saat melihat kondisi jaejoong saat ini, begitu lemah. Apalagi saat ia teringat akan kenyataan mungkin sebentar lagi jaejoong akan meninggalkannya.
Tiba-tiba saja jaejoong membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjapkan manik matanya beberapa kali. Menyesuaikan retina matanya yang terkena sinar lampu.
''kau siapa?'' tanya jaejoong saat melihat junsu yang sedang duduk di samping ranjangnya.
''ini aku, junsu. jae-hyung.'' jawab junsu sambil tersenyum ke arah jaejoong. Tapi didalam hatinya ia sedih melihat kondisi hyungnya yang seperti ini. Jaejoong terdiam, mencoba mengingat junsu.
''ya! akhirnya kau datang Junsuie, kau lama sekali.'' kata jaejoong sambil mengerucutkan bibir cherrynya saat ia sudah mengingat Junsu. Junsu hanya tertawa kecil saat melihat kelakuan jaejoong. Kebiasaan Hyungnya yang tak berubah saat ia sedang kesal.
''mianhe, jae-hyung. Diluar macet sekali.'' jawab junsu sambil tersenyum. ''nah, apa yang ingin kau bicarakan denganku?''
jaejoong kembali terdiam, ''mianhe. Aku lupa junsuie.''
''aku punya banyak waktu untuk menunggumu, hyung. Tak usah terburu-buru.'' jawab junsu. ''santai saja.''
Jaejoong mengangguk lalu ia terdiam, begitu pula dengan junsu. ruangan itu begitu hening yang terdengar hanyalah suara detik jam dinding yang terus berputar, menyadarkan junsu dan jaejoong jika waktu terus berjalan dalam keheningan ini.
''junsuie, aku sudah ingat sekarang.'' ucap jaejoong tiba-tiba setelah ia terdiam lama. Sangat lama, sampai-sampai junsu ketakutan dalam diamnya. Ia takut terjadi sesuatu pada jaejoong.
''hm, apa?'' tanya junsu sambil memandang jaejoong.
''tolong jaga Yunho hyung.'' ucap jaejoong pelan sambil tersenyum. ''dia hyung yang baik. Aku tak mau melihatnya sedih jika nanti aku pergi.''
''hyung, kau bicara apa sih?'' tanya junsu dengan suara sedih. ''jangan katakan ini lagi. Aku tak mau mendengarnya. Kau akan sembuh, hyung. Ingat itu!''
jaejoong menggeleng pelan, ''tidak, suie. Aku tahu penyakit apa yang menyerangku. Dulu aku pernah melihat umma dalam kondisi seperti ini.''
jaejoong ingat bagaimana keadaan ummanya dulu, saat ummanya sakit seperti dirinya saat ini. Semua usaha yang dilakukan tetap saja membuahkan hasil yang sama. Tetap saja semuanya berujung pada lubang kematian, penyakit yang ummanya dan ia derita saat ini belum bisa di sembuhkan oleh dunia medis. Mau tak mau ia harus meninggalkan Hyung yang ia sayangi sejak kecil itu. Bahkan rasanya sekarang rasa sayangnya untuk Yunho sudah berbeda. Bukan lagi rasa sayang adik kepada kakak.
''itu dulu, hyung. Sekarang, aku dan yunho hyung akan berusaha membuatmu sembuh. Kau akan sembuh dan hidup bersama kami.'' jawab junsu yakin sambil menangis.
Ia tak mau melihat Hyungnya pesimis, kemungkinan untuk sembuh itu pasti ada walaupun sangat kecil. Walaupun rasanya mustahil.
''suie, jebal. Tolong lakukan ini untukku.'' kata jaejoong memohon, ''aku tidak tahu lagi harus menitipkan Yunho hyung pada siapa selain padamu.''
''arraseo.'' jawab junsu akhirnya sambil mendesah ringan. Menatap sendu ke arah jaejoong yang tengah tersenyum manis karena permintaannya telah terpenuhi.
''aku akan menjaga yunho hyung, asalkan jae-hyung mau berjanji satu hal padaku.'' ucap junsu tiba-tiba.
''apa?''
''jangan pernah lelah, Jangan pernah menyerah pada penyakitmu, ne. Kau kuat, hyung kau pasti sembuh.'' kata junsu pelan seraya menggenggam erat tangan jaejoong. ''arra?''
''arraseo. Aku janji, padamu suie.'' jawab jaejoong sambil mempererat genggaman tangannya dengan tangan Junsu. Junsu hanya mengangguk kecil, lalu terdiam.
Hening.
Lagi.
Yang terdengar hanyalah suara detak jam dinding. Jaejoong dan Junsu sama-sama tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Jaejoong memikirkan hubungannya dengan Yunho. Sebenarnya jika ia boleh jujur, ia mencintai Hyungnya itu sejak dulu. Ia selalu memendam rasa cintanya itu, karena takut hyungnya akan merasa jijik dengannya. Bukankah mereka tidak seharusnya saling menyukai satu sama lain?
Karena alasan itulah jaejoong hanya diam saja, ia hanya bisa menunjukan rasa sayangnya sebatas rasa sayang adik kepada kakaknya. Ya, hanya adik kepada kakanya tak lebih. Tapi jauh didalam hatinya, ia menginginkan suatu keajaiban datang dalam hidupnya. Walaupun hanya sebentar, walaupun hanya sekejap ia ingin hyungnya itu membalas rasa cintanya. Tapi entahlah, akankah keajaiban itu akan datang pada kehidupan jaejoong?
Dan semoga saja, ia masih memiliki waktu untuk menanti keajaiban itu.
Berbeda dengan Junsu, ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar Jaejoong bisa sembuh. Terdengar mustahil memang, tapi apa salahnya berharap dan berusaha?
Apa salahnya berharap akan terjadi keajaiban di kehidupan jaejoong. Keajaiban ia dapat sembuh dari penyakitnya, keajaiban ia dapat kembali menjalani hari-harinya lagi seperti dulu.
Apa salahnya berusaha mencoba mengobati penyakit itu. berusaha membuatnya sembuh walau dengan kemungkinan yang kecil dan terdengar mustahil.
''hyung, kau lapar tidak?'' tanya junsu tiba-tiba memecah keheningan yang sedari tadi merajai.
''hm..'' jaejoong mengangguk kecil.
''kalau begitu, aku pergi beli makanan dulu ya.'' kata junsu sambil berdiri dari kursi yang ia duduki, ''sebentar saja. Aku akan cepat kembali.''
jaejoong mengangguk pelan. Setelah sosok junsu telah hilang di balik pintu ruang rawatnya, jaejoong mendudukkan tubuhnya di atas ranjangnya.
''aku bosan...'' desahnya kecil
~ooOoo~
junsu berjalan cepat menelusuri koridor rumah sakit. perasaan takut dan khawatir mulai menyerang hatinya, ia terlalu lama meninggalkan jaejoong sendirian. Sudah hampir setengah jam, ia meninggalkan jaejoong. Junsu dengan cepat membuka pintu kamar rawat jaejoong. Kantong plastik berisi makanan terlepas begitu saja dari tangannya saat ia melihat ke arah ranjang jaejoong yang kosong. ''jae-hyung... Kau dimana?'' desah junsu pelan sambil masuk ke dalam ruang rawat jaejoong. Ia mencari sosok jaejoong dalam ruangan itu, tapi nihil. Matanya tak dapat menemukan sosok jaejoong dalam ruangan berbau obat-obatan itu. Matanya mulai terasa panas, hatinya mulai terhinggapi oleh rasa ketakutan.
Tangannya mulai gemetar, bahu serta kakinya pun ikut bergetar. Ia terduduk lemas di lantai, saat dirinya sadar akan kenyataan yang terjadi. Jaejoong hilang!
Apa yang harus ia katakan pada yunho nanti? Apalagi kondisi jaejoong yang sedang sakit seperti ini bisa membahayakan nyawa jaejoong sendiri.
''pabbo! Kenapa kau meninggalkannya sendirian!'' maki junsu pada dirinya sendiri. Tanganya yang masih gemetar, mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ia menekan nomor yunho dan menghubunginya.
"Yeoboseyo.'' ucap junsu dengan suara yang bergetar saat sambungan telponnya terhubung dengan Yunho.
''ne, junsu-ah. Ada apa?'' tanya yunho.
''hyung... Mianhe, hyung. Mianhe...'' ucap junsu diantara isak tangisnya.
''junsu-ah. Ada apa? Kenapa kau menanggis?'' tanya yunho dengan suara yang terdengar keheranan. ''ada apa? Jangan membuatku takut.'' ''mianhe, yunho hyung. Tadi aku meninggalkan jaejoong hyung untuk membeli makanan. saat aku kembali, jae-hyung sudah...''
''sudah apa junsu-ah?'' potong yunho cepat. Terdengar nada suaranya yang mulai ketakutan.
''jae-hyung sudah tidak ada di kamarnya, hyung.'' jawab junsu dengan suara yang lirih hampir berbisik. ''jae-hyung hilang.''
''...'' hening. Tak ada jawaban.
''hyung...'' panggil junsu lagi saat Yunho hanya diam saja.
''junsu-ah, ayo kita cari jaejoong.''
''arraseo.''
TBC
~ooOoo~
Title : Nado saranghae hyung
Genre : Angst, Family, and romance.
Cast : DBSK
Pairing : YunJae
Chapter 3 ini di publish cepet, sebagai perminta maafan author karena chapter 2nya jelek dan kecepetan alurnya.
Makasih untuk reviewnya. semoga cahpter ini nggak kecepetan lagi ya, alurnya.
~ooOoo~
chapter 03
''Jangan sekarang. Ini terlalu cepat.'' bisik Yunho pada telinga jaejoong yang sudah tak sadarkan diri. ''bahkan kau belum mendengar pernyataan cintaku. Jangan sekarang, jebal...''
~ooOoo~
Dengan cepat Yunho segera membawa jaejoong ke rumah sakit. Saat dirumah sakit jaejoong langsung ditangani oleh dokter Park Yoochun, dokter kepercayaan keluarga Jung. Yunho menunggu di depan ruang ICU dengan perasaan gelisah. Perasaan takut mulai menyergapnya lagi, perasaan takut akan kehilangan sosok yang ia sayangi untuk ketiga kalinya. Ya, Tuan dan Nyonya Jung telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Tuan jung meninggal karena kecelakaan sedangkan Nyonya Jung karena penyakit yang sama dengan penyakit yang diderita jaejoong sekarang.
Beberapa menit kemudian dokter park Yoochun keluar dari ruang ICU. Yunho yang melihatnya, langsung menghampiri dokter muda itu.
''apa yang terjadi dengan jaejoong, Yoochun-ah?'' tanya yunho langsung.
''dia kelelahan, hyung. Sepertinya ia banyak memaksakan diri akhir-akhir ini. Memaksakan diri untuk mengingat sesuatu.'' kata Yoochun pelan. Yunho hanya dapat terdiam setelah mendengar perkataan Yoochun. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa agar BooJaenya itu tak menderita dengan penyakit yang dideritanya.
''lalu bagaimana sekarang?'' tanya Yunho lagi dengan nada yang terdengar lelah. Lelah melawan kenyataan jika sebentar lagi mungkin ia akan berpisah dengan Boojaenya.
''sebaiknya mulai sekarang, jaejoong hyung di rawat di sini saja. Aku sudah harus mulai memperhatikan jaejoong hyung secara lebih sekarang.'' jawab yoochun sambil mendesah ringan.
''arraseo.'' ucap Yunho sambil tersenyum sedih. Yang dapat ia lakukan sekarang hanyalah menuruti perintah Yoochun, agar dapat setidaknya memperpanjang waktu boojaenya.
~ooOoo~
Junsu berjalan dengan cepat menelusuri koridor rumah sakit tempat jaejoong dirawat. Ia merasa gelisah karena tiba-tiba saja Yunho melefonnya dan memintanya untuk pergi ke seoul hospital karena jaejoong ingin bertemu dengannya. Junsu mengetuk pelan sebuah pintu ruang rawat bercat putih. Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka. Seorang namja tampan dengan mata elang berdiri di depan junsu.
''Hyung..'' panggil junsu pelan pada seseorang didepannya. ''aku datang.''
''masuklah.'' ucap namja itu mempersilahkan Junsu masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi oleh bau obat-obatan.
''jaejoong sedang tidur, bisakah kau menunggunya sampai ia bangun?'' tanya namja itu lagi sambil memandangi seorang namja cantik yang tengah tertidur.
Junsu mengangguk pelan, ''ne. Aku akan menunggu jae-hyung bangun. Yunho hyung..''
''gomawo, junsu-ah.'' jawab yunho sambil tersenyum.
''bagaimana bisa jae-hyung masuk rumah sakit, hyung?'' tanya Junsu pada yunho.
''kata dokter dia kelelahan, sepertinya dia terlalu memaksakan diri untuk ujian.'' jawab yunho sambil tersenyum sedih.
''lalu bagaimana kondisinya sekarang?'' tanya junsu lagi. Kini ia memandangi jaejoong yang tertidur di atas ranjang rumah sakit. Kulit putih jaejoong kini terlihat lebih pucat dari pada dulu. Badan jaejoong pun kini terlihat lebih kurus dari pada dulu, terakhir junsu melihat jaejoong.
''dia harus dirawat di sini'' kata yunho sambil mendesah ringan. ''boleh kutitipkan jaejoong sebentar padamu? Aku harus pergi ke kantor, ada beberapa pekerjaanku yang harus kuselesaikan.''
''ne, hyung. Aku akan menjaga jaejoong hyung sampai kau kembali.'' jawab junsu sambil tersenyum.
''gomawo. Aku akan cepat kembali.'' kata yunho lalu berjalan meninggalkan ruang rawat jaejoong.
Setelah Yunho pergi, Junsu mendudukkan dirinya di kursi di samping ranjang jaejoong. Tangannya mengelus pelan rambut jaejoong dengan sayang. Pikirannya melayang ke masa saat mereka berdua masih sama-sama sekolah. Saat-saat dimana Junsu selalu membantu keseharian jaejoong di sekolah beberapa minggu terakhir sebelum kelulusan.
''jae-hyung...'' panggil junsu pelan. Matanya mulai terasa panas, sebentar lagi mungkin air matanya akan turun membasahi wajahnya. Ia merasa sedih saat melihat kondisi jaejoong saat ini, begitu lemah. Apalagi saat ia teringat akan kenyataan mungkin sebentar lagi jaejoong akan meninggalkannya.
Tiba-tiba saja jaejoong membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjapkan manik matanya beberapa kali. Menyesuaikan retina matanya yang terkena sinar lampu.
''kau siapa?'' tanya jaejoong saat melihat junsu yang sedang duduk di samping ranjangnya.
''ini aku, junsu. jae-hyung.'' jawab junsu sambil tersenyum ke arah jaejoong. Tapi didalam hatinya ia sedih melihat kondisi hyungnya yang seperti ini. Jaejoong terdiam, mencoba mengingat junsu.
''ya! akhirnya kau datang Junsuie, kau lama sekali.'' kata jaejoong sambil mengerucutkan bibir cherrynya saat ia sudah mengingat Junsu. Junsu hanya tertawa kecil saat melihat kelakuan jaejoong. Kebiasaan Hyungnya yang tak berubah saat ia sedang kesal.
''mianhe, jae-hyung. Diluar macet sekali.'' jawab junsu sambil tersenyum. ''nah, apa yang ingin kau bicarakan denganku?''
jaejoong kembali terdiam, ''mianhe. Aku lupa junsuie.''
''aku punya banyak waktu untuk menunggumu, hyung. Tak usah terburu-buru.'' jawab junsu. ''santai saja.''
Jaejoong mengangguk lalu ia terdiam, begitu pula dengan junsu. ruangan itu begitu hening yang terdengar hanyalah suara detik jam dinding yang terus berputar, menyadarkan junsu dan jaejoong jika waktu terus berjalan dalam keheningan ini.
''junsuie, aku sudah ingat sekarang.'' ucap jaejoong tiba-tiba setelah ia terdiam lama. Sangat lama, sampai-sampai junsu ketakutan dalam diamnya. Ia takut terjadi sesuatu pada jaejoong.
''hm, apa?'' tanya junsu sambil memandang jaejoong.
''tolong jaga Yunho hyung.'' ucap jaejoong pelan sambil tersenyum. ''dia hyung yang baik. Aku tak mau melihatnya sedih jika nanti aku pergi.''
''hyung, kau bicara apa sih?'' tanya junsu dengan suara sedih. ''jangan katakan ini lagi. Aku tak mau mendengarnya. Kau akan sembuh, hyung. Ingat itu!''
jaejoong menggeleng pelan, ''tidak, suie. Aku tahu penyakit apa yang menyerangku. Dulu aku pernah melihat umma dalam kondisi seperti ini.''
jaejoong ingat bagaimana keadaan ummanya dulu, saat ummanya sakit seperti dirinya saat ini. Semua usaha yang dilakukan tetap saja membuahkan hasil yang sama. Tetap saja semuanya berujung pada lubang kematian, penyakit yang ummanya dan ia derita saat ini belum bisa di sembuhkan oleh dunia medis. Mau tak mau ia harus meninggalkan Hyung yang ia sayangi sejak kecil itu. Bahkan rasanya sekarang rasa sayangnya untuk Yunho sudah berbeda. Bukan lagi rasa sayang adik kepada kakak.
''itu dulu, hyung. Sekarang, aku dan yunho hyung akan berusaha membuatmu sembuh. Kau akan sembuh dan hidup bersama kami.'' jawab junsu yakin sambil menangis.
Ia tak mau melihat Hyungnya pesimis, kemungkinan untuk sembuh itu pasti ada walaupun sangat kecil. Walaupun rasanya mustahil.
''suie, jebal. Tolong lakukan ini untukku.'' kata jaejoong memohon, ''aku tidak tahu lagi harus menitipkan Yunho hyung pada siapa selain padamu.''
''arraseo.'' jawab junsu akhirnya sambil mendesah ringan. Menatap sendu ke arah jaejoong yang tengah tersenyum manis karena permintaannya telah terpenuhi.
''aku akan menjaga yunho hyung, asalkan jae-hyung mau berjanji satu hal padaku.'' ucap junsu tiba-tiba.
''apa?''
''jangan pernah lelah, Jangan pernah menyerah pada penyakitmu, ne. Kau kuat, hyung kau pasti sembuh.'' kata junsu pelan seraya menggenggam erat tangan jaejoong. ''arra?''
''arraseo. Aku janji, padamu suie.'' jawab jaejoong sambil mempererat genggaman tangannya dengan tangan Junsu. Junsu hanya mengangguk kecil, lalu terdiam.
Hening.
Lagi.
Yang terdengar hanyalah suara detak jam dinding. Jaejoong dan Junsu sama-sama tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Jaejoong memikirkan hubungannya dengan Yunho. Sebenarnya jika ia boleh jujur, ia mencintai Hyungnya itu sejak dulu. Ia selalu memendam rasa cintanya itu, karena takut hyungnya akan merasa jijik dengannya. Bukankah mereka tidak seharusnya saling menyukai satu sama lain?
Karena alasan itulah jaejoong hanya diam saja, ia hanya bisa menunjukan rasa sayangnya sebatas rasa sayang adik kepada kakaknya. Ya, hanya adik kepada kakanya tak lebih. Tapi jauh didalam hatinya, ia menginginkan suatu keajaiban datang dalam hidupnya. Walaupun hanya sebentar, walaupun hanya sekejap ia ingin hyungnya itu membalas rasa cintanya. Tapi entahlah, akankah keajaiban itu akan datang pada kehidupan jaejoong?
Dan semoga saja, ia masih memiliki waktu untuk menanti keajaiban itu.
Berbeda dengan Junsu, ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar Jaejoong bisa sembuh. Terdengar mustahil memang, tapi apa salahnya berharap dan berusaha?
Apa salahnya berharap akan terjadi keajaiban di kehidupan jaejoong. Keajaiban ia dapat sembuh dari penyakitnya, keajaiban ia dapat kembali menjalani hari-harinya lagi seperti dulu.
Apa salahnya berusaha mencoba mengobati penyakit itu. berusaha membuatnya sembuh walau dengan kemungkinan yang kecil dan terdengar mustahil.
''hyung, kau lapar tidak?'' tanya junsu tiba-tiba memecah keheningan yang sedari tadi merajai.
''hm..'' jaejoong mengangguk kecil.
''kalau begitu, aku pergi beli makanan dulu ya.'' kata junsu sambil berdiri dari kursi yang ia duduki, ''sebentar saja. Aku akan cepat kembali.''
jaejoong mengangguk pelan. Setelah sosok junsu telah hilang di balik pintu ruang rawatnya, jaejoong mendudukkan tubuhnya di atas ranjangnya.
''aku bosan...'' desahnya kecil
~ooOoo~
junsu berjalan cepat menelusuri koridor rumah sakit. perasaan takut dan khawatir mulai menyerang hatinya, ia terlalu lama meninggalkan jaejoong sendirian. Sudah hampir setengah jam, ia meninggalkan jaejoong. Junsu dengan cepat membuka pintu kamar rawat jaejoong. Kantong plastik berisi makanan terlepas begitu saja dari tangannya saat ia melihat ke arah ranjang jaejoong yang kosong. ''jae-hyung... Kau dimana?'' desah junsu pelan sambil masuk ke dalam ruang rawat jaejoong. Ia mencari sosok jaejoong dalam ruangan itu, tapi nihil. Matanya tak dapat menemukan sosok jaejoong dalam ruangan berbau obat-obatan itu. Matanya mulai terasa panas, hatinya mulai terhinggapi oleh rasa ketakutan.
Tangannya mulai gemetar, bahu serta kakinya pun ikut bergetar. Ia terduduk lemas di lantai, saat dirinya sadar akan kenyataan yang terjadi. Jaejoong hilang!
Apa yang harus ia katakan pada yunho nanti? Apalagi kondisi jaejoong yang sedang sakit seperti ini bisa membahayakan nyawa jaejoong sendiri.
''pabbo! Kenapa kau meninggalkannya sendirian!'' maki junsu pada dirinya sendiri. Tanganya yang masih gemetar, mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ia menekan nomor yunho dan menghubunginya.
"Yeoboseyo.'' ucap junsu dengan suara yang bergetar saat sambungan telponnya terhubung dengan Yunho.
''ne, junsu-ah. Ada apa?'' tanya yunho.
''hyung... Mianhe, hyung. Mianhe...'' ucap junsu diantara isak tangisnya.
''junsu-ah. Ada apa? Kenapa kau menanggis?'' tanya yunho dengan suara yang terdengar keheranan. ''ada apa? Jangan membuatku takut.'' ''mianhe, yunho hyung. Tadi aku meninggalkan jaejoong hyung untuk membeli makanan. saat aku kembali, jae-hyung sudah...''
''sudah apa junsu-ah?'' potong yunho cepat. Terdengar nada suaranya yang mulai ketakutan.
''jae-hyung sudah tidak ada di kamarnya, hyung.'' jawab junsu dengan suara yang lirih hampir berbisik. ''jae-hyung hilang.''
''...'' hening. Tak ada jawaban.
''hyung...'' panggil junsu lagi saat Yunho hanya diam saja.
''junsu-ah, ayo kita cari jaejoong.''
''arraseo.''
TBC
~ooOoo~
Fanfiction - You, Me, and Time [1]
Author :: Park Hyun Rin
Title :: You, Me, and Time
Rating :: General
Gerne :: Romance, Fantasy
Main Cast::
.:. Lee Hyuk Jae (Super Junior)
.:. Cho Cheonsa change marga Lee Cheonsa because
Hyukjae’s wife (as readers)
Warning::
Typo(s) , tidak memakai EYD, Bahasa amburadul, perubahan
rating tiba-tiba menjadi NC, Pairing with OC
Summary::
Bisakah Lee
Hyukjae menyelamatkan Cheonsa yang tak sadarkan diri? Akankah
Hyukjae menukar hidupnya dengan waktu? Fanfiction Lee Eunhyuk with OC, Don’t
like pairing with OC? Don’t read.
Disclaimer ::
Semua tokoh disini adalah milik Tuhan kecuali chara ciptaan
saya dan Fanfiction ini adalah sah milik saya. Fanfiction ini dibuat hanya
untuk kesenangan semata tak lebih. Jika ada kesamaan tokoh atau kesamaan nama
chara ataupun alur cerita harap dimaklumi, itu terjadi karena KETIDAKSENGAJAAN.
Ya ini fanfic baru author, semoga kali ini banyak yang suka
ya. Semoga juga mary sue tidak ada ya. Fanfic ini terinspirasi dari video klip IU
– You and I. Semoga ada yang bersedia membaca fanfic ini dan mereviewnya.
Untuk senior diharapkan memberikan masukan untuk memperbaiki fanfic ini.
Kamshabnida. Finally, RnR please b(^-^)d
~(’.’~) ~(’.’)~ (~’.’)~
Sebuah
bangunan rumah tua tampak megah dari kejahuaan. Cat berwarna biru muda
menghiasi tembok luar rumah tua itu, sedangkan warna peach menghiasi ruangan
dalam yang didominasi oleh barang-barang yang terbuat dari kayu. Bermacam-macam
foto tergantung dengan indah di ruang tamu, disana pula terletak piano putih
tua yang masih terawat.
Seorang
namja memainkan piano putih tua—rambutnya yang berwarna putih terkena pantulan
cahaya matahari terlihat mengkilap keemasan, manik gelapnya menatap serius
partitur yang ada didepannya.
“Oppa…”
seorang yeoja memanggil namja yang
sedang memainkan piano, Ia berdiri dibelakang namja itu.
“Ne?”
namja itu menjawab, Ia menghentikan permainan pianonya.
Yeoja
itu mendekat kearah namja berambut putih yang sedang duduk didepan piano putih.
Ia menghela nafas, “Oppa, apa kau tak capek memainkan itu terus?” tanyanya
sambil menunjuk piano putih.
Orang
yang sedang ditanya hanya tertawa renyah, tangannya terulur untuk menarik
tangan yeoja yang berada didepannya. Dengan cepat yeoja itu kini telah duduk
dipangkuannnya.
“Kau
cemburu, Cheonsa?” tanya namja itu sambil menaruh dagunya diatas bahu yeoja
yang sedang Ia pangku. “Masa kau cemburu dengan benda mati.” lanjutnya sambil
mengeratkan pelukannya.
Yeoja
yang dipanggil Cheonsa hanya mengerucutkan bibir mungilnya, membuat namja
dibelakangnya semakin gemas. “Kau menyebalkan Hyukjae Oppa.” balasnya singkat.
“Ayolah
Cheonsa-ya.” namja yang dipanggil Cheonsa—Hyukjae mencoba merayunya. “Hari ini
kau memasak apa? Aku lapar.” pertanyaan Hyukjae mendapat hadiah sebuah injakan
kaki dari Cheonsa.
“Kau
kan tau
Hyukkie Oppa, Aku—tak—bisa—memasak.” Cheonsa mengucapkannya dengan penuh
penekanan.
Hyukjae
hanya tertawa mendengar ucapan gadis yang sedang dipangkunya. “Sepertinya aku
salah memilih istri.” Hyukjae mengucapkannya disela-sela tawanya.
Ucapan
Hyukjae barusan membuat Cheonsa kesal, dengan sedikit kekerasan Cheonsa melepas
pelukan Hyukjae. Bola matanya yang berwarna coklat menatap tajam manik gelap
Hyukjae.
“Tapi
setidaknya kau bisa memasakkan ramen untukku.” Hyukjae tersenyum saat
mengucapkan hal itu.
Tangan
Hyukjae akan menyentuh punggung tangan Cheonsa, dengan cepat Cheonsa menepis
tangan Hyukjae yang akan meraih tangannya.
“Ya,
aku tau aku memang tak sebaik dan semenarik tetangga sebelah yang bernama
G.Na.” Cheonsa mulai menyindir. “Aku tak setiap hari mengunakan pakaian sexy.
Aku tak setiap hari menebarkan senyuman genit. Aku tak setiap hari memuja dan
mengucapkan ‘saranghae’ padamu.” Cheonsa melanjutkan sindirannya.
“Cukup,
jangan memulainya lagi Cheonsa-ya.” Hyukjae menenangkan pujaan hatinya. “Kau
yang paling tahu mengapa aku memilih kau kan?”
Hyukjae bangkit dari tempat ia duduk.
“Memang,
tapi bukankah kau setiap saat menyesal telah memilihku dan bukannya memilih
dia?” Cheonsa menanyakan dengan pandangan yang bisa membunuh siapa saja.
Hyukjae
mengela nafas, “Sudahlah kau seperti anak kecil.” ucapnya untuk kesekian kali
menenangkan Cheonsa.
Hyukjae
memakai ‘kartu as’nya disaat-saat seperti ini. Ia lebih memilih
mendekatkan tubuhnya kearah Cheonsa. Sedangkan Cheonsa yang mendapat perlakuan
seperti itu hanya bisa mundur dengan perlahan dengan tempo teratur. Sampai
akhirnya punggung Cheonsa menyentuh tembok, tapi Hyukjae tak berhenti mendekat.
Hyukjae
tetap mempersempit jarak diantara mereka berdua. Situasi seperti inilah yang
dibenci Cheonsa. Setiap kali Hyukjae bertindak semaunya dan selalu membuat
jantung Cheonsa hampir lepas.
“Cho
Cheonsa,” Hyukjae memanggil Cheonsa yang dibuat seberat dan sexy mungkin.
“Mwo?”
Cheonsa menautkan alisnya. Ada
yang aneh dengan namanya. Kepalanya menunduk tak berani menatap Hyukjae yang
berada 5cm didepannya. “Oppa, namaku Lee Cheonsa sekarang.” Cheonsa mencoba
mengalihkan perhatian.
“Katamu
kau tak suka,” Hyukjae membalas ucapan Cheonsa dengan suara yang sama—berat dan
sexy yang membuat Cheonsa merinding. “Bukannya kau benci ketika dipanggil Miss
Lee?” Hyukjae memancing Cheonsa. Hyukjae menarik dagu Cheonsa, yang bearti mau
tak mau Cheonsa menatap manik gelap milik Hyukjae.
Hidung
mereka berdua kini bersentuhan. Hembusan nafas Hyukjae menerpa wajah Cheonsa
begitu pula sebaliknya. Hyukjae melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Cheonsa
dan menarik tubuh Cheonsa untuk lebih dekat kearahnya. Perlahan tapi pasti
Hyukjae mencium kedua kelopak mata Cheonsa, beralih ke pipi Cheonsa. Hyukjae
mengerakkan hidungnya disekitar pipi Cheonsa yang membuat sensasi geli. Setelah
puas dengan pipi Cheonsa, Hyukjae beralih ke hidung Cheonsa. Mata Cheonsa
terpejam rapat, tak berani melihat wajah suaminya sekarang.
“Oppa
hentikan.” Cheonsa berusaha menghentikan aksi ciuman Hyukjae yang sekarang
sudah berada di lehernya. “ Ini masih pagi Oppa.” ucapan Cheonsa membuat
senyuman atau lebih tepatnya seringai pada wajah Hyukjae.
Hyukjae
menghentikan aksinya, Ia tau bahwa istrinya tak akan bias marah lama jika Ia
sudah mengeluarkan ‘kartu as’nya. ‘Kartu AS’ yang
mematikan karena mau tak mau mereka harus berakhir diatas ranjang, ya silakan
bayakan sendiri.
“Memangnya
jika ini malam, kau mau?” Hyukjae mulai mengoda Cheonsa.
Cheonsa
hanya mengangguk pasrah menjawab pertanyaan suami tercintanya. Muka Cheonsa
sekarang merah padam, sedangkan Hyukjae yang melihat hanya menahan tawanya.
Hyukjae menarik tubuh mungil Cheonsa dalam dekapannya. Membenamkan wajah
Cheonsa ke dadanya yang bidang.
“Baiklah
akan kuhentikan.” Hyukjae mencium puncak kepala Cheonsa. “Jangan marah lagi
ya?” lanjutnya menatap bola mata Cheonsa.
Cheonsa
menanggukkan kepalanya tanda setuju, Hyukjae tersenyum sumigrah. Ia melepaskan
pelukkannya dan berjalan kearah dapur. Setelahnya sampai disana Hyukjae hanya
menghela nafas melihat persediaan makanan dirumahnya sedang kosong.
“Persediaan
makanan habis.” Hyukjae memberitahu Cheonsa yang berdiri diambang pintu dapur.
“Kita makan diluar saja ya? Sekalian membeli persediaan makanan.” lanjutnya, Ia
membalikkan badan meminta persetujuan Cheonsa.
“Terserah
Oppa saja,” seolah dituntut jawaban Cheonsa menjawab dengan cepat. “Akan aku
ambilkan mantel untukmu.” lanjutnya lalu berlari-lari kecil kearah gantungan
mantel.
Dengan
cepat Cheonsa mengambil Dua potong mantel. Yang satu berwarna hitam untuknya
sendiri dan yang satunya lagi berwarna coklat untuk Hyukjae.
“Kau
bodoh sekali Cho Cheonsa,” Hyukjae mengucapkannya dengan sadis saat Cheonsa
memberikan mantel kepadanya.
“Mwo!?”
Cheonsa memekik kaget. “Kau mengataiku bodoh? Kau yang bodoh Lee Hyuk Jae ku
sayang.” lanjutnya sebal.
Cheonsa
berjalan cepat mendahului Hyukjae yang tertinggal dibelakangnya. Langkahnya
sengaja ia buat besar-besar agar Hyukjae tak mudah mengejarnya. Saat akan
melewati belokan menuju jalan raya, Cheonsa menghentikan langkahnya. Hyukjae segera
melebarkan langkahnya dan berhenti disebelah Cheonsa.
“YA!
Kau jahat sekali meninggalkan aku dibelakang.” suara Hyukjae tersirat marah.
Mata
Cheonsa mengamati lekuk tubuh seorang yeoja yang sekarang berdiri 10 meter
didepannya. Hyukjae hanya menghela nafasnya, sudah setiap hari ia menonton
adegan seperti ini. Untung saja Cheonsa tidak melakukan kekerasan pada G.Na.
Dan
seperti kata Cheonsa, kali ini penampilan G.Na sedikit tertutup walau ya tetap
saja dimata Cheonsa terlalu sexy. Kali ini G.Na menggunakan celana panjang
putih berpotongan longgar serta kemeja hitam lengan panjang berpotongan dada
rendah merk Chanel. G.Na memakai pula kalung berliang Tres Glam by
Brittny Gastineau, dan sepatu hak tebal hitam milik YSL.
Ketika
G.Na sadar akan kehadiran Hyukjae didepannya, yang pertama ia lakukan adalah
membenarkan rambutnya yang sama sekali tidak berantakan. Merapikan
pakaiannya dan seperti biasa tersenyum mengoda kearah Hyukjae tak memperdulikan
sosok mungil di sebelah Hyukjae.
“Good
Morning, Hyukjae-ssi.” G.Na menyapa Hyukjae dengan nada yang teramat mesra.
“Morning
Gina Eonnie.” Cheonsa menyapa balik ya dengan nada ketusnya.
Cheonsa
segera menarik tangan Hyukjae untuk pergi melewati G.Na. Langkah Cheonsa
menghentak-hentak yang bisa membuat semua orang tau bahwa ia sedang kesal.
Hyukjae segera memberhentikan taksi yang baru saja melintasi mereka berdua.
“Mau
kemana, Aggashi?” supir taksi itu bertanya dengan ramah.
“Sansan
tower.” Hyukjae menjawab cepat.
Cheonsa
memutar bola matanya malas. ‘Untuk apa ke Sansan tower? Bukankah kita hanya
pergi makan dan membeli persediaan makanan? Kita tidak sedang berlibur Oppa’
~(’.’~) ~(’.’)~ (~’.’)~
Hyukjae
menyerahkan beberapa uang won kepada supir taksi dan mengucapkan terimakasih.
Cheonsa turun terlebih dahulu, Ia merapatkan mantelnya. Cuaca diluar memang
sedikit tidak bersahabat sekarang. Hyukjae keluar dari taksi, mengedarkan
pandangannya. Ia menemukan sebuah restoran yang terletak tidak jauh dari posisi
mereka berdiri sekarang.
“Cheonsa-ya,
ayo kita makan~” seru Hyukjae ceria sambil menarik tangan kiri Cheonsa.
Cheonsa
mengikuti langkah Hyukjae dengan pasti. Setelah beberapa menit, sampailah
mereka didepan restoran itu. Arsitektur restoran itu terlihat simple sangat
simple (backsound : Mr. Simple~)
“Kau
mau makan apa?” tanya Hyukjae saat mereka telah duduk. Hyukjae sengaja memilih
tempat duduk yang berada dipojok dan dekat dengan jendela.
“Apa
sajalah~” Cheonsa mencoba memikirkan lagi, makanan yang bias membuatnya
kenyang. “Nasi Goreng saja Oppa.” Cheonsa menarik kata-katanya dan tersenyum
manis kearah Hyukjae.
“Baiklah,”
Hyukjae menjentikkan jari lentiknya, seorang pelayan mendekati mereka berdua.
“Dua nasi goreng, dan dua cola.” Hyukjae menjawab cepat ketika pelayan
menanyakan pesanan mereka.
“Mohon
ditunggu sebentar.” Pelayan tadi membungkukkan badannya dan meninggalkan
pasangan Hyukjae—Cheonsa.
Selama
beberapa menit Hyukjae da Cheonsa saling diam, tak ada yang memulai pembicaraan
diantara mereka berdua. Hyukjae menikmati keheningan yang tercipta diantara
mereka, Cheonsa sekali duakali membenarkan rambutnya yang berantakan karena
semilir angin. Tak lama kemudia pelayan datang membawakan pesanan untuk Hyukjae
dan Cheonsa.
“Selamat
menikmati,” Pelayan itu mengucapkannya dengan ramah lalu meninggalkan mereka
berdua lagi.
“Ya!
Selamat makan~” Cheonsa segera menyantap nasi goreng yang ada dihadapannya.
Hyukjae
terkikik pelan melihat istrinya yang sedang makan dengan bersemangat. Tapi
tawanya segera berhenti ketika Cheonsa melemparkan pandangan membunuh padanya.
“Tak
ada yang mengejar kita Cheonsa-ya~”
Hyukjae mengucapkannya sambil mengambil nasi yang berada disekitar bibir
Cheonsa. “Lihat, kau makan sampai seperti ini.”
“Oppa,
hentikan sikap romantismu.” Cheonsa menutupi rasa gugupnya. “Dan sekarang waktu
yang mengejar kita Oppa.” lanjutnya lalu kembali menyuap satu sendok penuh nasi
goreng.
Hyukjae
hanya tersenyum dan mulai memakan hidangan yang ada didepannya. Setelah selesai
dengan sarapan singkat mereka, Hyukjae memutuskan untuk berjalan-jalan. Memutari
Sansan tower sebelum mereka pergi berbelanja membeli persediaan makanan.
~(’.’~) ~(’.’)~ (~’.’)~
“Oppa,
kau pergilah menyebrang duluan.” Cheonsa mencoba meyakinkan Hyukjae. “Aku hanya
akan membeli kopi panas untuk kita berdua, kau mau kan?” lanjutnya sambil melempar senyuman
manisnya.
“Baiklah,
jangan lama-lama. Lalu berhati-hatilah saat menyebrang.” Hyukjae berpesan
sesaat sebelum menyebrang.
“YA!
Aku bukan anak kecil!” Cheonsa menjerit histeris. “Dasar bodoh Lee Hyuk Jae!”
Cheonsa melanjutkan teriakkannya.
Sedangkan
Hyukjae hanya tertawa mendengar teriakan istrinya yang berada diseberang jalan.
Hyukjae memutar badannya berharap Cheonsa masih ada, tapi sayangnya Cheonsa telah menghilang dibalik kerumunan
orang.
Hyukjae
berjalan dengan tenang menuju supermarket. Sudah hampir 10 menit Hyukjae berada
didalam supermarket, tapi Cheonsa tak kunjung menunjukan diri. Hyukjae pergi ke
kasir dan membayar semua belanjaannya. Akhirnya
Ia memutuskan untuk menunggu
diluar supermarket.
Ketika
Hyukjae baru saja keluar, ekor matanya menangkap kerumunan orang ditenggah
jalan. Sekelebat perasaan tak enak menghampirinya, dengan cepat Hyukjae berlari
kearah kerumunan orang. Membelahnya, dan dia terbaring disana.
Lee
Cheonsa. Terbaring dengan lemas, hampir seluruh tubuhnya berlumuran darah.
Tubuh Hyukjae melemas, air mata sekarang mengalir melewati pipi putihnya.
Tubuhnya jatuh terduduk disamping tubuh Cheonsa.
“Oppa,
jangan menangis.” Cheonsa berbisik, Ia masih sempat memberikan senyuman
terbaiknya untuk Hyukjae. “Aku tak apa.” lanjutnya.
“Bertahanlah,
Jebal Cheonsa-ya!” suara Hyukjae bergetar, air matanya kini benar-benar tumpah.
“Jangan tinggalkan aku sendiri, Lee Cheonsa.”
~(’.’~) ~(’.’)~ (~’.’)~
Continue—
Semoga
pada suka yaa? Terus buat masalah ‘Sansan tower’ itu—hehehe ngarang. nggak tau
beneran ada atau enggak. Sebagai pembaca yang baik maukah anda mereview ff
saya? Kamshabnida ^^
Langganan:
Postingan (Atom)