6.1.12

Fanfiction - Nado Saranghae, Hyung [3]

Author : Kim Re Ah
Title : Nado saranghae hyung
Genre : Angst, Family, and romance.
Cast : DBSK
Pairing : YunJae
Chapter 3 ini di publish cepet, sebagai perminta maafan author karena chapter 2nya jelek dan kecepetan alurnya.
Makasih untuk reviewnya. semoga cahpter ini nggak kecepetan lagi ya, alurnya.
~ooOoo~
chapter 03
''Jangan sekarang. Ini terlalu cepat.'' bisik Yunho pada telinga jaejoong yang sudah tak sadarkan diri. ''bahkan kau belum mendengar pernyataan cintaku. Jangan sekarang, jebal...''
~ooOoo~
Dengan cepat Yunho segera membawa jaejoong ke rumah sakit. Saat dirumah sakit jaejoong langsung ditangani oleh dokter Park Yoochun, dokter kepercayaan keluarga Jung. Yunho menunggu di depan ruang ICU dengan perasaan gelisah. Perasaan takut mulai menyergapnya lagi, perasaan takut akan kehilangan sosok yang ia sayangi untuk ketiga kalinya. Ya, Tuan dan Nyonya Jung telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Tuan jung meninggal karena kecelakaan sedangkan Nyonya Jung karena penyakit yang sama dengan penyakit yang diderita jaejoong sekarang.
Beberapa menit kemudian dokter park Yoochun keluar dari ruang ICU. Yunho yang melihatnya, langsung menghampiri dokter muda itu.
''apa yang terjadi dengan jaejoong, Yoochun-ah?'' tanya yunho langsung.
''dia kelelahan, hyung. Sepertinya ia banyak memaksakan diri akhir-akhir ini. Memaksakan diri untuk mengingat sesuatu.'' kata Yoochun pelan. Yunho hanya dapat terdiam setelah mendengar perkataan Yoochun. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa agar BooJaenya itu tak menderita dengan penyakit yang dideritanya.
''lalu bagaimana sekarang?'' tanya Yunho lagi dengan nada yang terdengar lelah. Lelah melawan kenyataan jika sebentar lagi mungkin ia akan berpisah dengan Boojaenya.
''sebaiknya mulai sekarang, jaejoong hyung di rawat di sini saja. Aku sudah harus mulai memperhatikan jaejoong hyung secara lebih sekarang.'' jawab yoochun sambil mendesah ringan.
''arraseo.'' ucap Yunho sambil tersenyum sedih. Yang dapat ia lakukan sekarang hanyalah menuruti perintah Yoochun, agar dapat setidaknya memperpanjang waktu boojaenya.
~ooOoo~
Junsu berjalan dengan cepat menelusuri koridor rumah sakit tempat jaejoong dirawat. Ia merasa gelisah karena tiba-tiba saja Yunho melefonnya dan memintanya untuk pergi ke seoul hospital karena jaejoong ingin bertemu dengannya. Junsu mengetuk pelan sebuah pintu ruang rawat bercat putih. Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka. Seorang namja tampan dengan mata elang berdiri di depan junsu.
''Hyung..'' panggil junsu pelan pada seseorang didepannya. ''aku datang.''
''masuklah.'' ucap namja itu mempersilahkan Junsu masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi oleh bau obat-obatan.
''jaejoong sedang tidur, bisakah kau menunggunya sampai ia bangun?'' tanya namja itu lagi sambil memandangi seorang namja cantik yang tengah tertidur.
Junsu mengangguk pelan, ''ne. Aku akan menunggu jae-hyung bangun. Yunho hyung..''
''gomawo, junsu-ah.'' jawab yunho sambil tersenyum.
''bagaimana bisa jae-hyung masuk rumah sakit, hyung?'' tanya Junsu pada yunho.
''kata dokter dia kelelahan, sepertinya dia terlalu memaksakan diri untuk ujian.'' jawab yunho sambil tersenyum sedih.
''lalu bagaimana kondisinya sekarang?'' tanya junsu lagi. Kini ia memandangi jaejoong yang tertidur di atas ranjang rumah sakit. Kulit putih jaejoong kini terlihat lebih pucat dari pada dulu. Badan jaejoong pun kini terlihat lebih kurus dari pada dulu, terakhir junsu melihat jaejoong.
''dia harus dirawat di sini'' kata yunho sambil mendesah ringan. ''boleh kutitipkan jaejoong sebentar padamu? Aku harus pergi ke kantor, ada beberapa pekerjaanku yang harus kuselesaikan.''
''ne, hyung. Aku akan menjaga jaejoong hyung sampai kau kembali.'' jawab junsu sambil tersenyum.
''gomawo. Aku akan cepat kembali.'' kata yunho lalu berjalan meninggalkan ruang rawat jaejoong.
Setelah Yunho pergi, Junsu mendudukkan dirinya di kursi di samping ranjang jaejoong. Tangannya mengelus pelan rambut jaejoong dengan sayang. Pikirannya melayang ke masa saat mereka berdua masih sama-sama sekolah. Saat-saat dimana Junsu selalu membantu keseharian jaejoong di sekolah beberapa minggu terakhir sebelum kelulusan.
''jae-hyung...'' panggil junsu pelan. Matanya mulai terasa panas, sebentar lagi mungkin air matanya akan turun membasahi wajahnya. Ia merasa sedih saat melihat kondisi jaejoong saat ini, begitu lemah. Apalagi saat ia teringat akan kenyataan mungkin sebentar lagi jaejoong akan meninggalkannya.
Tiba-tiba saja jaejoong membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjapkan manik matanya beberapa kali. Menyesuaikan retina matanya yang terkena sinar lampu.
''kau siapa?'' tanya jaejoong saat melihat junsu yang sedang duduk di samping ranjangnya.
''ini aku, junsu. jae-hyung.'' jawab junsu sambil tersenyum ke arah jaejoong. Tapi didalam hatinya ia sedih melihat kondisi hyungnya yang seperti ini. Jaejoong terdiam, mencoba mengingat junsu.
''ya! akhirnya kau datang Junsuie, kau lama sekali.'' kata jaejoong sambil mengerucutkan bibir cherrynya saat ia sudah mengingat Junsu. Junsu hanya tertawa kecil saat melihat kelakuan jaejoong. Kebiasaan Hyungnya yang tak berubah saat ia sedang kesal.
''mianhe, jae-hyung. Diluar macet sekali.'' jawab junsu sambil tersenyum. ''nah, apa yang ingin kau bicarakan denganku?''
jaejoong kembali terdiam, ''mianhe. Aku lupa junsuie.''
''aku punya banyak waktu untuk menunggumu, hyung. Tak usah terburu-buru.'' jawab junsu. ''santai saja.''
Jaejoong mengangguk lalu ia terdiam, begitu pula dengan junsu. ruangan itu begitu hening yang terdengar hanyalah suara detik jam dinding yang terus berputar, menyadarkan junsu dan jaejoong jika waktu terus berjalan dalam keheningan ini.
''junsuie, aku sudah ingat sekarang.'' ucap jaejoong tiba-tiba setelah ia terdiam lama. Sangat lama, sampai-sampai junsu ketakutan dalam diamnya. Ia takut terjadi sesuatu pada jaejoong.
''hm, apa?'' tanya junsu sambil memandang jaejoong.
''tolong jaga Yunho hyung.'' ucap jaejoong pelan sambil tersenyum. ''dia hyung yang baik. Aku tak mau melihatnya sedih jika nanti aku pergi.''
''hyung, kau bicara apa sih?'' tanya junsu dengan suara sedih. ''jangan katakan ini lagi. Aku tak mau mendengarnya. Kau akan sembuh, hyung. Ingat itu!''
jaejoong menggeleng pelan, ''tidak, suie. Aku tahu penyakit apa yang menyerangku. Dulu aku pernah melihat umma dalam kondisi seperti ini.''
jaejoong ingat bagaimana keadaan ummanya dulu, saat ummanya sakit seperti dirinya saat ini. Semua usaha yang dilakukan tetap saja membuahkan hasil yang sama. Tetap saja semuanya berujung pada lubang kematian, penyakit yang ummanya dan ia derita saat ini belum bisa di sembuhkan oleh dunia medis. Mau tak mau ia harus meninggalkan Hyung yang ia sayangi sejak kecil itu. Bahkan rasanya sekarang rasa sayangnya untuk Yunho sudah berbeda. Bukan lagi rasa sayang adik kepada kakak.
''itu dulu, hyung. Sekarang, aku dan yunho hyung akan berusaha membuatmu sembuh. Kau akan sembuh dan hidup bersama kami.'' jawab junsu yakin sambil menangis.
Ia tak mau melihat Hyungnya pesimis, kemungkinan untuk sembuh itu pasti ada walaupun sangat kecil. Walaupun rasanya mustahil.
''suie, jebal. Tolong lakukan ini untukku.'' kata jaejoong memohon, ''aku tidak tahu lagi harus menitipkan Yunho hyung pada siapa selain padamu.''
''arraseo.'' jawab junsu akhirnya sambil mendesah ringan. Menatap sendu ke arah jaejoong yang tengah tersenyum manis karena permintaannya telah terpenuhi.
''aku akan menjaga yunho hyung, asalkan jae-hyung mau berjanji satu hal padaku.'' ucap junsu tiba-tiba.
''apa?''
''jangan pernah lelah, Jangan pernah menyerah pada penyakitmu, ne. Kau kuat, hyung kau pasti sembuh.'' kata junsu pelan seraya menggenggam erat tangan jaejoong. ''arra?''
''arraseo. Aku janji, padamu suie.'' jawab jaejoong sambil mempererat genggaman tangannya dengan tangan Junsu. Junsu hanya mengangguk kecil, lalu terdiam.
Hening.
Lagi.
Yang terdengar hanyalah suara detak jam dinding. Jaejoong dan Junsu sama-sama tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Jaejoong memikirkan hubungannya dengan Yunho. Sebenarnya jika ia boleh jujur, ia mencintai Hyungnya itu sejak dulu. Ia selalu memendam rasa cintanya itu, karena takut hyungnya akan merasa jijik dengannya. Bukankah mereka tidak seharusnya saling menyukai satu sama lain?
Karena alasan itulah jaejoong hanya diam saja, ia hanya bisa menunjukan rasa sayangnya sebatas rasa sayang adik kepada kakaknya. Ya, hanya adik kepada kakanya tak lebih. Tapi jauh didalam hatinya, ia menginginkan suatu keajaiban datang dalam hidupnya. Walaupun hanya sebentar, walaupun hanya sekejap ia ingin hyungnya itu membalas rasa cintanya. Tapi entahlah, akankah keajaiban itu akan datang pada kehidupan jaejoong?
Dan semoga saja, ia masih memiliki waktu untuk menanti keajaiban itu.
Berbeda dengan Junsu, ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar Jaejoong bisa sembuh. Terdengar mustahil memang, tapi apa salahnya berharap dan berusaha?
Apa salahnya berharap akan terjadi keajaiban di kehidupan jaejoong. Keajaiban ia dapat sembuh dari penyakitnya, keajaiban ia dapat kembali menjalani hari-harinya lagi seperti dulu.
Apa salahnya berusaha mencoba mengobati penyakit itu. berusaha membuatnya sembuh walau dengan kemungkinan yang kecil dan terdengar mustahil.
''hyung, kau lapar tidak?'' tanya junsu tiba-tiba memecah keheningan yang sedari tadi merajai.
''hm..'' jaejoong mengangguk kecil.
''kalau begitu, aku pergi beli makanan dulu ya.'' kata junsu sambil berdiri dari kursi yang ia duduki, ''sebentar saja. Aku akan cepat kembali.''
jaejoong mengangguk pelan. Setelah sosok junsu telah hilang di balik pintu ruang rawatnya, jaejoong mendudukkan tubuhnya di atas ranjangnya.
''aku bosan...'' desahnya kecil
~ooOoo~
junsu berjalan cepat menelusuri koridor rumah sakit. perasaan takut dan khawatir mulai menyerang hatinya, ia terlalu lama meninggalkan jaejoong sendirian. Sudah hampir setengah jam, ia meninggalkan jaejoong. Junsu dengan cepat membuka pintu kamar rawat jaejoong. Kantong plastik berisi makanan terlepas begitu saja dari tangannya saat ia melihat ke arah ranjang jaejoong yang kosong. ''jae-hyung... Kau dimana?'' desah junsu pelan sambil masuk ke dalam ruang rawat jaejoong. Ia mencari sosok jaejoong dalam ruangan itu, tapi nihil. Matanya tak dapat menemukan sosok jaejoong dalam ruangan berbau obat-obatan itu. Matanya mulai terasa panas, hatinya mulai terhinggapi oleh rasa ketakutan.
Tangannya mulai gemetar, bahu serta kakinya pun ikut bergetar. Ia terduduk lemas di lantai, saat dirinya sadar akan kenyataan yang terjadi. Jaejoong hilang!
Apa yang harus ia katakan pada yunho nanti? Apalagi kondisi jaejoong yang sedang sakit seperti ini bisa membahayakan nyawa jaejoong sendiri.
''pabbo! Kenapa kau meninggalkannya sendirian!'' maki junsu pada dirinya sendiri. Tanganya yang masih gemetar, mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ia menekan nomor yunho dan menghubunginya.
"Yeoboseyo.'' ucap junsu dengan suara yang bergetar saat sambungan telponnya terhubung dengan Yunho.
''ne, junsu-ah. Ada apa?'' tanya yunho.
''hyung... Mianhe, hyung. Mianhe...'' ucap junsu diantara isak tangisnya.
''junsu-ah. Ada apa? Kenapa kau menanggis?'' tanya yunho dengan suara yang terdengar keheranan. ''ada apa? Jangan membuatku takut.'' ''mianhe, yunho hyung. Tadi aku meninggalkan jaejoong hyung untuk membeli makanan. saat aku kembali, jae-hyung sudah...''
''sudah apa junsu-ah?'' potong yunho cepat. Terdengar nada suaranya yang mulai ketakutan.
''jae-hyung sudah tidak ada di kamarnya, hyung.'' jawab junsu dengan suara yang lirih hampir berbisik. ''jae-hyung hilang.''
''...'' hening. Tak ada jawaban.
''hyung...'' panggil junsu lagi saat Yunho hanya diam saja.
''junsu-ah, ayo kita cari jaejoong.''
''arraseo.''
TBC
~ooOoo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar