6.1.12

Fanfiction - Nado SAranghae, hyung [4]

Title: Nado Saranghae, Hyung.
Genre: Angst, Family and Romance.
Cast: DBSK
Pairing: YunJae.

Mianhe, author baru bisa Update. Mianhe juga, jika FF ini masih memiliki banyak kekurangan dalam penulisannya juga kependekan. Author banyak mengucapkan Terima Kasih untuk Park Ri Byul Yang telah memberi tahu letak-letak kekurangan FF ini. Dan Terima kasih untuk readers yang telah mereview.

~ooOoo~

Chapter 04
Hujan.
Sore ini Seoul diguyur oleh hujan berkepanjangan. Seakan langit turut bersedih, turut menangis bersama seorang namja berparas imut yang sedari tadi mencari sesosok yang ia sayangi di bawah derasnya hujan. Tubuhnya yang terbalut oleh V-neck putih dan celana jeans yang Melekat di kakinya kini tengah basah kuyup akibat guyuran hujan. Bibir tipisnya mulai terlihat pucat, giginya bergemelatuk menahan hawa dingin yang menusuk tulang-tulangnya.
Ia terduduk lemas di atas rerumputan taman Rumah sakit, membiyarkan dirinya terguyur oleh air hujan Lebih lama. Manik matanya terus saja mengeluarkan air mata, rasa bersalah menghinggapi hatinya.
''Mianhe.'' Ucapnya berulang kali diantara isak tangisnya yang kini sudah pecah yang diiringi oleh suara derasnya hujan. Tangan kanannya memukul-mukul tanah dengan kesal. Ia berteriak frustasi berusaha meluapkan rasa bersalah yang ada di dalam hatinya.
Tiba-tiba, tubuhnya tak lagi di guyur oleh hujan. Seseorang tengah berdiri di belakangnya sambil memayunginya agar badannya tak lagi basah oleh air. Ia mendongak, menatap sepasang mata Milik seorang yang berdiri di belakangnya yang tengah menatapnya dengan tatapan iba dan khawatir.
''Junsu-ssi, kau bisa demam nanti. Mari masuk, kita Cari Jaejoong hyung lagi saat hujan reda.'' Ucap orang itu dengan nada yang terdengar Khawatir.
''Aniya. Aku harus mencari Jae-hyung, Yoochun-ssi. Ini semua salahku, harusnya aku tak meninggalkannya tadi.'' Jawab Junsu Kembali terisak saat mengingat alasan kenapa Jaejoong bisa menghilang.
''Tapi kau bisa sakit. Jika kau sakit, kau tak bisa mencari Jaejoong hyung.'' Kata Yoochun seraya mensejajarkan tingginya dengan tinggi Junsu yang tengah terduduk di tanah. Yoochun mengelus pelan bibir Junsu yang kini terlihat Pucat dengan sayang. Iris gelap miliknya tak lepas menatap manik mata milik Junsu.
''Bahkan bibirmu sudah pucat begini. Ayolah, kita masuk dan keringkan badanmu. Setelah hujan reda, aku berjanji akan membantumu mencari Jaejoong Hyung sampai ketemu.'' Bujuk Yoochun sambil membelai dengan sayang rambut basah Junsu. Badan Junsu sedikit bergetar saat Yoochun membelai rambutnya. Junsu merasakan sesuatu yang tiba-tiba berdesir di hatinya.
''Aish, perasaan apa ini...'' Tanya Junsu dalam hati pada dirinya sendiri. Berusaha menepis perasaan aneh yang tiba-tiba hadir di dalam tubuhnya. Ia menatap manik mata Yoochun, jelas tergambar rasa Khawatir dan ketulusan disana. Entah kenapa tiba-tiba Junsu merasakan sesuatu yang aneh hadir dalam tubuhnya saat menatap mata Yoochun. Apakah ia menyukai Seorang Dokter bernama Park Yoochun yang ada di hadapannya ini? Padahal mereka baru saja bertemu satu jam yang lalu. Mungkinkah ia menyukainya?
Flasback
Satu jam yang lalu.
Yunho berjalan dengan terburu-buru menelusuri koridor rumah sakit. Rasa bingung dan takut menguasai pikirannya. Dibelakangnya terlihat Dokter muda Park Yoochun yang mengikuti langkah cepat Yunho menuju ruang rawat Jaejoong. Yunho dengan cepat membuka pintu ruang rawat Jaejoong, matanya melihat sosok Junsu yang terduduk di sudut ruangan sedang memegangi kedua lutunya sambil menangis.
Yunho segera menghampiri Junsu, ia memeluk Junsu. Berusaha menenangkan Namja itu walau sebenarnya ia sendiri juga sedang ketakutan.
''Junsu-ie, ssht. Jangan menangis, tak ada gunanya kau menangis.'' Ujar Yunho pelan sambil menepuk-nepuk bahu Junsu yang bergetar.
''Tapi Hyung, hiks.. Ini salahku..'' Kata Junsu sambil melepas pelukan Yunho. Kemudian Ia menatap Yunho dengan mata yang berlinang air mata. Yunho tersenyum sedih saat melihat Wajah Junsu yang memerah juga matanya yang sedikit sembab, ''Ssht. Sudahlah, sekarang kau bantu aku mencarinya, ne. Kau dan Yoochun-ah tolong cari Jaejoong di sekeliling rumah sakit. Aku akan mencari di jalanan sekitar sini. Arra?''
''Arraseo.'' Jawab Junsu sambil mengangguk kecil. Yunho tersenyum, ia menghapus air mata Junsu dengan punggung tangannya. Lalu membantu Junsu berdiri. Junsu Menatap Yoochun yang ada di hadapannya.
Matanya memperhatikan Wajah tampan milik Yoochun. ''Tampan..'' Gumgamnya kecil, bisa ia rasakan wajahnya memanas seketika.
''Mohon Bantuannya.'' Ujar Junsu cepat sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang kini tengah memerah dari Yoochun.
''Ne.'' Jawab Yoochun sambil tersenyum sedih, ''Lagipula Ini juga Tanggung Jawabku sebagai Dokter Jaejoong Hyung.''
''Baiklah. Aku pergi dulu. Nah kalian berdua tolong cari di sekeliling rumah sakit.'' Ucap Yunho saat ia merasa bisa meninggalkan Junsu dengan Yoochun. Ia segera berlari keluar dari ruang rawat Jaejoong menuju parkiran dan melesatkan mobilnya dengan cepat membelah Jalanan Seoul.
''Nah, mari kita cari Jaejoong Hyung.'' Ajak Yoochun pada Junsu Sambil tersenyum.
Junsu mengangguk kecil, ''Aku akan mencari di taman. Anda tolong cari di dalam gedung rumah sakit.''
''Ne, baiklah.''
Flasback End
''Ne. Baiklah.'' Ucap Junsu akhirnya mengiyakan perkataan Yoochun karena menurutnya perkataan Yoochun ada benarnya juga. Yoochun yang mendengarnya tersenyum lembut ke arah Junsu.
Yoochun dengan perlahan menggenggam erat tangan Junsu yang dingin. ''Ayo masuk.'' Ucapnya sambil menarik tubuh Junsu agar segara masuk ke dalam gedung rumah sakit.
Junsu hanya mengangguk, mengikuti langkah Yoochun yang ada didepannya dengan wajah yang memerah dan jantung yang terus berdetak cepat. Sepertinya memang Junsu mulai menyukai Seorang Park Yoochun saat ini.
~ooOoo~
Seorang namja bertubuh tinggi sedang berjalan menelusuri Jalanan Seoul dengan santai. Hujan telah reda, beberapa menit yang lalu. Tubuh tingginya dibalut oleh V-neck biru muda dilapisi dengan mantel bewarna hitam serta celana Jeans. Tangan kanannya memegang erat sebuket bunga Lily putih.
''Hero hyung. Aku merindukanmu...'' Ucap namja tinggi itu pelan, sambil menghirup dalam aroma bunga Lily putih yang ia bawa. Seakan dengan melakukan hal itu mampu mengobati rasa rindunya.
Pikirannya melayang. Kembali mengingat masa lalu, saat ia masih bersama orang yang ia sayangi. Hero Hyungnya. Tiba-tiba langkah namja bertubuh tinggi itu terhenti, ia berdiri mematung memandangi sesosok namja cantik yang berdiri beberapa meter di depannya hendak menyebrang. Pakaian Namja cantik itu terlihat basah kuyup, mungkin tadi ia kehujanan. Namja tinggi itu tak percaya pada penglihatannya sekarang ini. rasa tak percaya, senang dan bingung menghinggapi hatinya disaat bersamaan.
''Hero hyung... '' Desahnya pelan dengan suara senang bercampur ketidakpercayaan. Namja tinggi itu lalu berlari kecil menghampiri namja cantik itu. Ia menarik lengan namja cantik itu dengan cepat dan sedikit kasar.
Jika terlambat sedetik saja, mungkin namja cantik itu telah tertabrak mobil yang melintas.
''Hati-Hati!'' Kata namja tinggi itu tanpa melepas lengan namja cantik yang ada di hadapannya.
Matanya terus memperhatikan namja cantik itu, seakan mencari perbedaan yang bisa membuat hatinya yakin jika sosok dihadapannya ini bukanlah orang yang sama dengan orang yang ia rindukan.
Jika namja yang ada dihadapannya ini bukanlah Hero hyungnya.
''Kau gila atau Bodoh? Jelas-jelas lampu lalu lintas bewarna hijau, kenapa kau malah menyebrang hah?'' Sambungnya lagi.
Namja cantik itu hanya diam, sambil memandangi namja tinggi di hadapannya dengan tatapan bingung.
''Kau siapa?'' Tanya namja cantik itu sambil memiringkan kepalanya, pertanda ia bingung.
''Aku Max. Kau?'' Jawab namja tinggi itu.
''Jaejoong.'' Jawab namja cantik itu. Ia menatap linglung ke arah Max, ''Kita pernah bertemu sebelumnya?''
''Tidak. Ini yang pertama.'' Jawab Max tanpa mengalihkan matanya untuk terus memperhatikan Jaejoong.
''Kenapa namja bernama Jaejoong ini begitu mirip denganmu Hero Hyung? Wajahnya sama denganmu, hyung. Bahkan dia memiliki suara yang sama sepertimu'' Tanya Max dalam hatinya pada dirinya sendiri.
Ia masih menatap Jaejoong dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa Jaejoong begitu mirip dengan Hero hyungnya Yang telah meninggal satu tahun yang lalu karena sebuah insiden kecelakaan.
''Kau membawa Bunga yang cantik. Boleh untukku?'' Tanya Jaejoong saat mata hitamnya melihat sebuket bunga lily yang dipegang Max.
''Boleh. Kau boleh memilikinya.'' ucap Max sambil memberikan bunga lily itu pada Jaejoong. ''Tapi kau harus menemaniku makan sebagai gantinya.''
Jaejoong mengangguk pelan, sambil tersenyum.
''Ne.''
~ooOoo~
Kini Max dan Jaejoong tengah duduk di salah satu kursi di sebuah restoran pilihan Max. Mereka duduk di dekat jendela, karena permintaan Jaejoong. Setelah memesan makanan, Max dan Jaejoong saling terdiam. Bingung mau berbicara apa.
''Kau kabur dari rumah sakit ya?'' Tanya Max membuka percakapan setelah lama terdiam. Ia baru sadar jika saat ini Jaejoong sedang menggunakan pakaian pasien rumah sakit.
Sedangkan Jaejoong hanya menggeleng pelan, ''Entahlah, Max. Aku lupa.''
Max kembali terdiam, keningnya berkerut, ia menatap heran Jaejoong. Pertanyaan yang ada di benak Max saat ini adalah kenapa Jaejoong bisa melupakan hal-hal yang seharusnya ia tak mungkin bisa melupakannya. Kecuali jika Jaejoong menderita penyakit...
''Kau sakit?'' Tanya Max lagi saat pelayan datang membawa pesanan mereka.
''Sepertinya.'' Jawab Jaejoong pendek. ''Hatchi...''
Jaejoong bersin-bersin. Max yang melihatnya merasa kasihan, pasti Jaejoong kedinginan sekarang. Apalagi bajunya yang basah kuyup seperti itu.
Max langsung membuka mantel hitam yang ia kenakan lalu memakaikannya pada Jaejoong.
''Agar kau tidak kedinginan.'' Ucap Max pelan, ''mantel itu bisa untuk menghangatkan badanmu. Setelah makan kita beli pekaian, ne.''
''Gomawo, Max.'' Jawab Jaejoong pelan sambil mengeulas sebuah senyuman di wajah cantiknya.
''Ne, ayo makan.'' Kata Max lalu langsung memakan nasi goreng yang ada dihadapannya.
Jaejoong terdiam, ia memperhatikan Max yang sedang makan.
Max yang merasa diperhatikan, menghentikan makannya dan menatap Jaejoong dengan heran.
''Kenapa kau memperhatikanku?'' Tanyanya ''Dan kenapa kau tak makan?''
''Mianhe. Tapi Aku lupa cara makan.'' Jawab Jaejoong pelan sambil menundukan kepalanya. Menyembunyikan raut kesedihannya dari Max.
Max yang mendengarnya, hanya mendesah ringan. Sepertinya dugaannya benar.
''Alzheimer?'' Tanya Max pada Jaejoong.
Jaejoong terdiam, lalu mengangguk ragu.
''Arraseo.'' Jawab Max sambil mengangguk pelan. Ia menggeser kursinya menjadi disamping Jaejoong. Ia menyendok sesendok penuh nasi goreng ''Bilang aaaaa..'' Katanya pada Jaejoong.
Jaejoong dengan ragu-ragu membuka mulutnya dan mulai makan.
''Gomawo..'' Ucap Jaejoong setelah mengunyah makanannya. ''Eh, Max. makanan itu apa namanya?'' Tanya Jaejoong antusias sambil menunjuk piring yang berisi beberapa potong sushi. Max melihat ke arah yang ditunjuk oleh tangan lentik Jaejoong.
''Oh, ini. Kau pasti lupa namanya, kan. Ini namanya sushi. Kau mau mencobanya?'' tanya Max sambil tersenyum.
Saat seperti ini, ia teringat lagi oleh Hero hyungnya. Dulu ia sering sekali menyuapi hyungnya itu.
''kalau boleh, aku mau..'' Ucap Jaejoong dengan nada manja. Melihat itu, Max tersenyum lembut ke arah Jaejoong, ia menyuapkan sepotong sushi ke Jaejoong.
''Enak.'' Desah Jaejoong pelan. ''Max, kalau yang itu apa?'' Tanya Jaejoong lagi dengan tatapan polos. Yang membuat Max tak bisa berhenti melukiskan senyuman di wajah tampannya.
''Ini udang. aaa..'' Ucap Max sambil menyuapkan sepotong udang pada Jaejoong.
Max terus menyuapi Jaejoong dengan makanan yang ada di atas meja. Sesekali mereka tertawa karena Max menceritakan sebuah lelucon pada Jaejoong.
''Kau tahu, kau begitu mirip dengan hyungku.'' Ucap Max tiba-tiba setelah menyuapkan sepotong daging pada Jaejoong.
Jaejoong yang mendengarnya menatap Max dengan pandangan bingung.
''Bagaimana bisa?'' Tanyanya ''Wajahnya sama denganku?''
''Bukan hanya wajah. Beberapa tingkah lakunya sama sepertimu. Kau mengingatkanku padanya.'' Jawab Max sambil membelai rambut Jaejoong pelan. Ia memandangi mata hitam milik Jaejoong dengan tatapan sayang.
Tanpa Max sadari, manik mata kelamnya menitihkan air mata. Ia tak mampu lagi menahan Rasa rindunya.
''Max... Kau menangis. kenapa?'' Tanya Jaejoong sambil menghapus air mata Max dengan punggung tangannya. Ia menatap Max dengan mata besar hitamnya, ''Apa aku menyakitimu?''
Max menggeleng pelan, ''Aniya. Kau membuatku Senang. Boleh aku memelukmu?'' Tanya Max dengan nada pelan dan sedikit ragu.
Jelas terpancar di pandangan matanya, jika ia sedang sedih. Jaejoong hanya tersenyum sambil mengangguk, Menyetujui permintaan Max.
Max langsung memeluk Jaejoong dengan erat, menenggelamkan wajahnya pada dada Jaejoong. Sama seperti saat ia memeluk hero hyungnya.
Samar tercium aroma vanilla dari tubuh Jaejoong, yang lagi-lagi aroma yang juga dimiliki Hero Hyungnya. Mereka berdua sama-sama beraroma vanilla.
''kau begitu merindukannya, ne?'' Tanya Jaejoong sambil mengelus pelan bahu Max yang bergetar.
''Ne. Aku sungguh merindukannya.'' Jawab Max masih dalam pelukan Jaejoong dengan suara parau. Ia menangis.
''Memangnya hyungmu pergi kemana, Max?'' Tanya Jaejoong lagi. Terdengar nada keheranan dalam suaranya saat menanyakannya.
''Surga.''
Mendengar jawaban Max, Jaejoong terdiam. Tapi sedetik kemudian ia langsung membelai rambut Max dengan sayang. Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang disayangi, apalagi bagaimana tersiksanya jika rasa rindu telah muncul memenuhi segala ruang dalam hati. Karena Jaejoong mengingatnya, ia juga pernah merasakan hal yang sama seperti Max. Saat-saat dimana ia begitu merindukan kedua orang tuanya.
''kau boleh menganggapku sebagai hyungmu, Max. Eum, bukan untuk menggantikan posisi hyungmu, hanya untuk mengisi kekosongan hatimu karena kepergian hyungmu.'' Kata Jaejoong pelan di telinga Max. Ia berusaha menghibur Max.
Max melepaskan pelukannya, matanya yang sedikit sembab dan merah menatap Jaejoong dengan tatapan tak percaya.
''kau serius?'' Tanyanya dengan suara bergetar. Tak percaya juga senang terdengar jelas di dalam suaranya.
''Ne. Tentu saja.''
''Ah, gomawo Jaejoong hyung.''
~ooOoo~
''Kau pergi kemana Joongie?'' Bisik Yunho pelan di balik kemudi mobilnya. Matanya terus memperhatikan jalanan Seoul yang ramai sore ini. Hujan telah reda beberapa saat yang lalu, membuat Jalanan kembali ramai karena orang-orang kembali beraktivitas.
Yunho menepikan mobilnya di pinggir jalan. Ia sudah tak tahu lagi harus mencari Jaejoong kemana. Ia sudah mengelilingi Seoul selama satu setengah jam, tapi sampai sekarang ia belum berhasil menemukan Jaejoong.
''Pabbo!'' Umpat Yunho sambil memukul Stir Mobil dengan tangan kanannya.
Berusaha meluapkan rasa kesal dan frustasi yang ada di dalam dirinya.
''Harusnya kau menjaganya, bukan malah meninggalkannya! Dasar Pabbo! Kau mencintainya kan? Harusnya kau tetap disisinya, bukan malah pergi! Pabbo! Sekarang bagaimana? kau Bodoh Yunho!'' Teriak Yunho kesal di dalam mobil.
Ia meremas rambutnya frustasi. Air matanya keluar dengan perlahan membasahi wajahnya yang tampan. Ia mengucapkan kata maaf diantara tangisnya.
''Joongie, mianhe. Jangan begini.. Hyung janji akan selalu menemanimu, ne. Kamu dimana Joongie? Jangan siksa hyung seperti ini...'' Racau Yunho sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Rasa Sakit yang ia rasakan karena tidak becus menjaga Orang yang ia sayangi sekaligus ia cintai.
Tiba-tiba Ponsel Yunho berdering, tanda seseorang menghubunginya. Dilayar Ponselnya tertera nama Yoochun. Dengan Enggan ia menerima telpon Dari Yoochun itu.
''Yeoboseo.'' Ucap Yunho dengan suara tercekat.
''Hyung, Mianhe. Aku sudah mencari Jaejoong hyung bersama Junsu-ssi di area sekeliling rumah sakit. Tapi Jaejoong hyung tidak ada.'' Kata Yoochun dengan suara yang terdengar sedih dan bersalah juga menyesal melebur menjadi satu.
''Arraseo. Aku masih mencarinya, Yoochun-ah. Gomawo sudah mau membantuku mencari Jaejoong.'' Jawab Yunho.
''Ne, hyung. Mungkin sekarang Jaejoong hyung sudah berada di jalanan sekitar ...''
Yunho mendengarkan Yoochun berbicara, sambil matanya memperhatikan sekeliling.
Tiba-tiba ekor matanya melihat sosok Jaejoong sedang bersama seorang namja bertubuh tinggi. Mereka berdua berada di sebrang jalan.
''Yoochun-ah. Mianhe, aku putus telponnya. Aku akan mengabarimu segera'' Ucap Yunho cepat lalu memutus sambungan telponnya kemudian memasukkan ponselnya ke saku celananya.
Ia segera keluar dari dalam mobilnya.
''Joongie!'' Panggil Yunho sedikit berteriak.
Tapi Jaejoong tak berhenti melangkahkan kakinya bersama namja tinggi itu. Yunho dengan cepat berlari menyebrang terburu-buru tak ingin kehilangan Jaejoongnya untuk kedua kalinya. Ia menyebrang tanpa melihat kondisi jalanan.
''Joongie!'' Panggilnya lagi.
''AWAS!'' Pekik seorang yeoja yang berdiri di sebrang jalan pada Yunho. Dengan cepat Yunho menoleh ke samping dan melihat sebuah mobil tengah bergerak ke arahnya.
TIIIIN!
TBC...
~ooOoo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar